
Di Singkep Barat, cinta dan kejahatan ternyata bisa satu paket. Saking kuatnya cinta, seorang tahanan bernama Rusliansyah sampai nekat kabur dari sel tahanan. Bukan karena rindu kampung halaman. Bukan juga karena makanan di sel kurang garam. Tapi karena gergaji. Ya, betul. Gergaji.
Ceritanya begini.
Tanggal 20 Juni 2025, Rusliansyah ditangkap karena diduga mencoba mencuri di rumah warga di kawasan Air Merah. Seperti biasa, setelah tertangkap tangan, ia meringkuk di balik jeruji Mapolsek Singkep Barat.
Namun rupanya, jeruji besi bukan penghalang kalau kamu punya tekad baja dan… istri yang suportif.
Pada malam yang sunyi, 8 Juli 2025, sekitar pukul 20.00 WIB, Rusliansyah mulai aksi kaburnya. Tapi bukan kabur sembarangan. Ini kabur yang well-prepared. Ia memotong empat batang jeruji besi sel tahanan dengan sebuah gergaji mungil yang diduga diselipkan istrinya saat jam besuk. Cinta dalam bentuk bilah tajam. Ini baru pasangan romantis sejati.
Untuk menyamarkan suara gergaji yang berpotensi bikin petugas curiga, Rusliansyah menghidupkan kran air. Biar suara air bisa jadi white noise. Gergaji tetap muter, petugas tetap tidur, dan Rusliansyah tetap lancar memotong jeruji. Ini bukan plot film Hollywood. Ini nyata, di Kabupaten Lingga.
Sekitar pukul 02.00 WIB, ia berhasil keluar. Bebas. Sejenak. Tapi seperti halnya cinta terlarang, kebebasan itu nggak bertahan lama.
Pelarian dimulai. Rute kabur Rusliansyah pun lebih kompleks dari jalur mudik Idulfitri.
Dari Mapolsek, ia jalan kaki ke arah Embung Bukit Tumang. Di sana, ia nebeng warga bernama Hakim buat sampai ke Kecamatan Singkep. Sesampainya di rumah, ia bertemu sang istri tercinta. Masih belum cukup, pelarian dilanjutkan dengan pinjam motor temannya, Tio, lalu kabur ke hutan sekitar objek wisata Air Panas, Desa Berindat.
Kalau dibuat peta Google Maps, ini pelarian lebih mirip tur wisata daripada kabur dari tahanan. Ada air merah, embung, kampung baru, dan air panas. Komplit.
Kapolsek Singkep Barat, IPTU Henry Gunawan, menjelaskan bahwa Rusliansyah sempat mondar-mandir di sekitar Dabo sebelum balik ke hutan. Mungkin lagi mikir, “Mau nyerah atau lanjut kabur ya?”
Namun takdir berkata lain. Sekitar pukul 18.30 WIB, teman istrinya, Selmaya Sastri, mengirim pesan WhatsApp ke polisi. Ia memberi info: Rusliansyah mau jemput istri di Kedai Atian, Kampung Baru.
Langsung, aparat gerak cepat. Persis seperti momen-momen di sinetron, pukul 18.40 WIB Rusliansyah muncul di lokasi. Petugas langsung menyergap. Ia sempat jatuh dari motor, ditangkap, dan dibawa kembali ke Polsek.
Kapolsek bilang, ini hasil kerja sama apik antara Polsek dan Polres. Bukan hanya soal menangkap, tapi juga soal instropeksi diri. Karena gergaji bisa masuk sel tahanan, itu PR besar.
“Kami akan evaluasi pengawasan tahanan, terutama saat jam besuk,” katanya. Mungkin ke depan bukan cuma tas yang diperiksa, tapi juga dompet, BH, bahkan potongan kuku.
Sementara itu, Briptu Petrus dari Polsek mengalami lecet di lutut kiri saat proses penangkapan. Rusliansyah pun mengalami luka lecet ringan di kepala, bibir, dan kaki kiri. Tapi tenang, hasil pemeriksaan medis menyatakan keduanya dalam kondisi stabil.
Polisi saat ini sedang menyelidiki dugaan keterlibatan pihak luar. Terutama sang istri yang ditengarai menyelundupkan gergaji—senjata pemutus jeruji dan pemantik drama ini.
Kisah ini bukan sekadar soal pelarian, tapi juga tentang cinta, keterampilan, dan strategi. Kalau saja Rusliansyah menyalurkan kemampuannya untuk hal-hal positif, mungkin dia sudah jadi konten kreator bertema survival atau ilusionis penjara.
Tapi karena lebih memilih jadi Romeo kabur dari sel, ya… sekarang harus kembali ke tempat semula. Dengan penjagaan ekstra dan mungkin, tanpa jam besuk dulu sementara waktu.
Ditulis oleh: Agil Ma’rufin
Bukan mantan narapidana, tapi sering kabur dari kenyataan. Lulusan kampus yang nggak terkenal tapi penuh cerita. Pernah bercita-cita jadi penyiar radio, tapi lebih sering jadi komentator berita di grup WhatsApp keluarga.