
KUTIPAN – Bayangkan makan malam yang bukan sekadar makan malam. Di Harbourbay Restaurant, Rabu malam (7/5/2025), piring-piring terisi penuh, tapi meja yang lebih penuh lagi adalah meja ide, peluang, dan harapan. BP Batam menjamu delegasi dari Negara Bagian Bremen, Jerman—bukan cuma pejabat, tapi juga pelaku industri dan perwakilan Kadin Bremen, plus perusahaan-perusahaan dari Hamburg dan Oldenburg.
Malam itu, suasana akrab terbangun cepat. Di bawah sorot lampu restoran tepi laut dan semilir angin Batam, Kristina Vogt—Senator urusan Ekonomi, Pelabuhan dan Transformasi Bremen—memimpin rombongan. Jangan salah, Bremen bukan kota kecil. Ia adalah salah satu pusat pelabuhan paling penting di Eropa, dan ekonominya berkembang bukan karena keberuntungan, tapi karena strategi.
Pertemuan ini bukan basa-basi diplomatik. Ini adalah panggung awal untuk sesuatu yang lebih besar. Di sinilah Batam dan Bremen mulai melirik satu sama lain lebih serius, tidak hanya karena sejarah panjang hubungan Indonesia-Jerman, tapi juga karena ada potensi konkret yang bisa dieksplorasi bersama.
“Pertemuan ini tentu tidak hanya dimaknai sebagai cerminan dari hubungan yang sudah lama antara Indonesia dan Jerman tetapi juga menjadi langkah signifikan dalam membangun hubungan kerja sama antara Batam dan Bremen yang lebih kuat,” ujar Ariastuty Sirait, Deputi Bidang Pelayanan Umum BP Batam, usai pertemuan.
Sinyal yang diberikan BP Batam sangat jelas: Batam terbuka untuk kolaborasi. Bahkan sangat menyambut. Tidak hanya karena ingin dilirik, tapi karena percaya diri bahwa Batam punya sesuatu yang layak dilirik. Tahun 2024 saja, investasi dari Jerman tercatat USD 3,1 juta dari 124 proyek. Angka ini mungkin terdengar kecil dibandingkan investor raksasa Asia Timur, tapi dari sinilah sesuatu bisa tumbuh.
Apalagi Bremen bukan pemain baru dalam urusan pelabuhan dan logistik. Kolaborasi dengan kota pelabuhan seperti Batam tentu masuk akal. Transformasi Batam menjadi kota modern dan pusat ekonomi yang tangguh—seperti yang sering digaungkan dalam berbagai forum—pelan-pelan menunjukkan bentuk.
“Kami sampaikan di bawah kepemimpinan Bapak Amsakar dan Ibu Li Claudia, Batam terus bertranformasi menjadi kota modern dan kawasan ekonomi yang berdaya saing,” tambah Ariastuty.
Yang menarik, pertemuan ini juga diramaikan oleh kehadiran Sekda Kota Batam, Kadin Batam, serta sejumlah asosiasi usaha lokal. Artinya, ini bukan percakapan elite tertutup. Para pelaku ekonomi lokal pun diajak turut serta dalam interaksi internasional ini.
Networking Dinner seperti ini, meski terdengar ringan, sebenarnya adalah semacam ‘first date’ antara dua kawasan. Pertemuan awal yang membuka kemungkinan untuk kerja sama jangka panjang. Jika cocok, bisa jadi joint venture. Kalau tidak cocok? Ya, minimal sudah ada dialog.
Yang pasti, harapan besar menggantung malam itu. Jika Batam mampu mengelola ketertarikan Bremen dengan strategi cerdas, bukan tidak mungkin kota ini benar-benar akan menjadi simpul penting dalam peta logistik dan industri Asia Tenggara—dengan sentuhan Eropa di dalamnya.
Laporan: Yuyun Editor: Fikri Laporan ini merupakan rilis/laporan wartawan yang telah dikemas ulang dengan gaya penulisan Kutipan.