
KUTIPAN – Ada banyak hal yang bikin aparat deg-degan. Salah satunya, kedatangan tim Profesi dan Pengamanan alias Propam. Bukan karena mau sweeping bubur ayam atau jajal kopi sachet di ruang jaga, tapi karena misi utamanya: menegakkan etika, disiplin, dan—kata kuncinya—marwah institusi.
Jumat (11/7/2025) itu, Propam Polresta Barelang mampir ke Polsek Bengkong. Bukan sekadar silahturahmi antarinstansi, tapi membawa semangat “Gaktibplin”—alias Penegakan Ketertiban dan Disiplin.
Kapolsek Bengkong, Iptu Yuli Endra, S.K.K.K, langsung pasang badan soal pentingnya pembinaan etika dan disiplin di tubuh Polri. Ia sadar, zaman sudah beda. Masyarakat makin cerdas dan vokal soal kinerja aparat. Mau tidak mau, Polri juga harus semakin terbuka dan profesional.
“Diharapkan seluruh personel khususnya di Polsek Bengkong semakin disiplin, profesional serta menjunjung tinggi nilai-nilai etika dalam pelaksanaan tugas kepolisian,” ucapnya.
Kalimat ini bukan kutipan basa-basi. Tapi refleksi soal pentingnya menjaga integritas di tengah sorotan publik. Dan sorotan itu bukan cuma dari luar, tapi juga dari dalam, lewat agenda yang dijalankan Propam hari itu.
Jangan bayangkan inspeksi ini seperti inspeksi pasukan ala film. Nggak ada teriakan “Siaaap Komandan!” sambil dorong-dorongan dada ke depan. Yang ada justru ketenangan dan ketelitian. Propam memeriksa satu per satu personel: mulai dari identitas diri, tampilan luar (atau dalam bahasa resminya: sikap tampang), kelengkapan senjata api dinas, hingga kondisi kendaraan dinas.
Semua dicek. Karena yang dicari bukan cuma kerapian jas atau oli yang bocor, tapi juga kesadaran bahwa seragam adalah simbol tanggung jawab. Dan bicara soal tanggung jawab, Propam juga menyisipkan agenda penting: sosialisasi Perpol nomor 7 tahun 2022.
Aturan ini bukan sekadar tumpukan pasal yang bikin ngantuk saat apel. Tapi jadi dasar moral dan hukum dalam menjalankan profesi. Ya, profesi—karena jadi polisi bukan cuma soal pangkat dan peluit, tapi soal nilai dan pengabdian.
Kapolsek Bengkong menegaskan, kehadiran Propam adalah bagian dari evaluasi internal agar personel selalu dalam kondisi siap tugas, sekaligus momen refleksi untuk menyesuaikan diri dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku.
“Tujuannya untuk memastikan personel selalu berada dalam kondisi siap tugas dan sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP),” ungkapnya.
Dengan kata lain: jangan cuma siap saat ada inspeksi, tapi juga harus siap setiap saat karena tugas pelayanan tak kenal jam kerja atau hari libur.
Kegiatan seperti ini kadang dianggap seremonial atau bahkan menakutkan. Tapi, kalau ditarik benang merahnya, Gaktibplin bukan sekadar menindak yang melanggar, tapi mengingatkan semua agar tetap dalam jalur. Di era ketika polisi lebih sering ditantang daripada ditanya arah jalan, menjaga etika adalah bagian dari survival.
Dan kalau bicara marwah institusi, itu bukan cuma tanggung jawab Kapolsek, Kapolres, atau Kapolda. Tapi juga tiap personel yang pakai seragam biru tua itu. Mereka yang berdiri di ujung gang, di depan pos, di pinggir jalan saat hujan dan macet, semuanya sedang mewakili wajah Polri.
Di titik ini, mungkin sudah saatnya publik tidak cuma menilai dari viralnya, tapi juga dari upaya kecil yang dilakukan internal Polri. Seperti Propam yang keliling bukan buat cari salah, tapi buat menjaga benar.
Karena menjaga etika bukan tren. Ia kerja seumur hidup.
Laporan: Yuanda Editor: Fikri Artikel ini merupakan rilis/laporan wartawan yang telah dikemas ulang dengan gaya penulisan Kutipan, tanpa mengurangi substansi informasi.