KUTIPAN – Usai memimpin apel di halaman Gedung Nasional Dabo Singkep pada Senin (3/11/2025), Wakil Bupati Lingga, Novrizal, menyentil soal aktivitas warga ASN di media sosial. Bukan soal dilarang main medsos, tapi soal bagaimana bijaknya bersikap di ruang maya. Sebab, dunia digital itu seperti lapangan luas tanpa pagar, siapa saja bisa melihat, menilai, dan berkomentar.
Dalam pandangannya, ASN bukan sekadar profesi yang berurusan dengan berkas, tanda tangan, dan rapat. Ada identitas yang melekat citra pemerintah di mata publik. Cara berbicara, cara menulis komentar, sampai bagaimana memamerkan gaya hidup di Instagram, semuanya bisa jadi cermin integritas.
“Arahan kami untuk bijak menggunakan media sosial. Kita sebagai ASN, untuk menggunakan media sosial itu lebih baik. Jangan flexing di media sosial dan jangan live medsos ketika jam kerja karena itu semua dapat mencederai dan merusak pandangan masyarakat,” ujarnya.
Pesan ini cukup jelas, jangan sampai media sosial berubah jadi panggung pamer kesejahteraan atau aktivitas nongkrong saat jam kerja. Bagi masyarakat, hal-hal sederhana seperti itu gampang memantik pertanyaan retoris semacam, “Ini kerja atau konten?” atau “Gaji dari siapa, kerja for siapa?” Hasil akhirnya, kepercayaan publik bisa goyah.
“Makanya saya tadi arahannya, bijaklah bermedia sosial. Kita ini pelayan masyarakat. Perilaku dan cara kita bersikap, termasuk di dunia maya, akan dinilai oleh publik,” tambahnya.
Novrizal juga mengingatkan para pimpinan OPD agar rajin menegur dan membimbing bawahannya. Media sosial memang bisa jadi alat yang bagus untuk mengabarkan hal positif seperti capaian kinerja, pelayanan, atau kegiatan komunitas. Tapi semua ada etika dan aturannya, jangan sampai niat berbagi malah dianggap pamer atau tidak disiplin.
Imbauan tersebut menjadi pengingat bahwa profesionalitas itu bukan hanya soal kinerja di kantor, tapi juga sikap yang tercermin di linimasa. Di era di mana masyarakat bisa menilai hanya dari satu postingan, kehati-hatian adalah bentuk menjaga kepercayaan publik.
