
KUTIPAN – Hari Senin (23/06/2025) itu, Aula Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah tak sekadar dipenuhi kursi dan pendingin ruangan. Ia juga dipenuhi semangat muda, wajah-wajah kampus, dan sambutan yang—kata orang birokrasi—“penuh apresiasi.” Pemerintah Kota Tanjungpinang resmi menerima mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (PPM) dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Program ini dinamakan Gemerlap Pinang Tahun 2025. Iya, gemerlap, bukan hanya lampu hias jalan protokol menjelang lebaran.
Sebanyak 29 mahasiswa bakal tinggal dan berkegiatan selama 52 hari di Tanjungpinang. Tapi tentu, mereka tidak sedang liburan. Mereka turun gunung dari kampus bulaksumur untuk mengabdi, belajar, dan (mudah-mudahan) membuat perubahan kecil yang berarti.
Dosen Pembimbing Lapangan KKN UGM, Asar Saputra, mengawali dengan ucapan terima kasih yang tulus kepada jajaran Pemkot Tanjungpinang atas sambutan hangatnya.
“Salam hormat dan terima kasih kami sampaikan kepada jajaran Pemko Tanjungpinang yang telah berkenan menerima dan mendukung dalam rangka melaksanakan KKN di Kota Tanjungpinang. Hal ini merupakan rangkaian akademik yang resmi dan wajib sebagai baromater pendidikan bagi seluruh mahasiswa UGM,” ujar Asar.
KKN ini, lanjut Asar, bukan sekadar ritual tahunan mahasiswa. Ada nilai khas UGM yang dibawa: Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat alias PPM. KKN bukan cuma ajang selfie di pelosok atau laporan akhir tebal-tebal penuh grafik. Ia adalah proses menyapa, belajar, dan berdaya bersama masyarakat.
“Tentunya hal ini bertujuan secara langsung menyapa, belajar dan berdaya bersama masyarakat, dengan harapan adik-adik dapat menjadi akselerator program-program pembangunan dan membawa gagasan baru di wilayah setempat,” katanya menambahkan.
Sementara itu, Wali Kota Tanjungpinang, Lis Darmansyah, menyambut mahasiswa UGM dengan tangan terbuka dan, tentu saja, ekspektasi tinggi.
“Melalui KKN ini yang kurang lebih akan berlangsung selama 52 hari dengan jumlah mahasiswa sebanyak 29 orang, tentunya kita berharap akan menambah ilmu, karena ilmu pengetahuan saja tidak akan cukup tanpa adanya pengalaman,” tegas Lis.
Buat Pak Wali, KKN bukan hanya tentang pengabdian, tapi juga tentang pembentukan karakter. Ilmu teori yang dikunyah tiap semester harus dicerna ulang di lapangan. Biar terasa, bahwa hidup bukan hanya di ruang kelas, tapi juga di tengah masyarakat.
“KKN ini memberikan karakter dan sifat kemandirian bagi mahasiswa dalam rangka mengimplementasikan ilmu teori yang didapatkan di perguruan tinggi kepada masyarakat yang lebih luas,” sambungnya.
Dalam acara penerimaan ini, tidak hanya Wali Kota yang hadir. Kapolresta Tanjungpinang, para Asisten dan Staf Ahli, Kepala Perangkat Daerah, bahkan Wakil Ketua II serta Ketua Komisi II DPRD Kota Tanjungpinang pun ikut menyaksikan momentum ini. Sebuah kolaborasi formal antara pemerintah dan akademisi yang diharapkan tak berhenti di sambutan dan dokumentasi saja.
Seperti tradisi di banyak KKN, para mahasiswa UGM ini mungkin nanti akan mengajar di sekolah, bikin pelatihan UMKM, menggarap program digitalisasi desa, atau bahkan menanam cabai di halaman balai warga. Tapi harapannya tentu bukan sekadar hasil akhirnya. Proses bertemu dan tumbuh bersama masyarakat itu yang dicatat oleh mereka dan, mudah-mudahan, juga oleh warga.
KKN ini adalah tahun kedua pelaksanaannya di Tanjungpinang. Bisa jadi ini awal dari tradisi panjang kolaborasi antara kota pesisir di ujung Pulau Bintan dan kampus kerakyatan dari Yogyakarta. Siapa tahu, dari program semacam ini lahir gagasan-gagasan yang bukan cuma “gemerlap,” tapi juga menyala dan mengakar.***
Editor: Husni Artikel ini merupakan rilis/laporan wartawan yang telah dikemas ulang dengan gaya penulisan Kutipan, tanpa mengurangi substansi informasi.
Untuk informasi beragam lainnya ikuti kami di medsos:
https://www.facebook.com/linggapikiranrakyat/
https://www.facebook.com/kutipan.dotco/