
Kalau ada lomba “Kejadian Paling Absurd di Dunia Investasi”, SR mungkin bisa bawa pulang piala, piagam, plus voucher belanja di toko kelontong. Soalnya, wanita yang satu ini terang-terangan ngaku bahwa dialah dalang utama investasi bodong yang melibatkan nama besar: BNI Life.
SR blak-blakan curhat pada Kamis, 17 April 2025, di Dabo Singkep, Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau. Nggak pake mikir dua kali, ia bilang,
“Jadi investasi bodong itu yang saya lakukan pada akhir 2021 sampai Februari 2025.”
Bayangin, hampir 3,5 tahun dia mainin duit orang, padahal saat itu masih aktif sebagai karyawan BNI Life. Kayak emak-emak yang belanja pakai utang koperasi RT tapi ngaku cuma beli odol, padahal bawa pulang rice cooker.
Yang lebih menarik, SR mengungkapkan dalam menjalankan aksi investasi bodong-bodongan itu agar calon korrbannya tergiur, ia menawarkan persen-an sebesara 20 persen. Diungkapkan SR atau Safaringga, diantara 30 korban ada yang menyetorkan uang kepadanya sebanyak Rp 400-500 juta.
“Jadi untuk bunganya per bulan itu 20 persen. Jadi yang bertiga ini 20 persen, ada yang satu orang 10 persen.” katanya
BUNGA. DUA PULUH. PERSEN. PER BULAN.
Itu bukan investasi, Bu, itu mimpi indah siang bolong yang biasanya datang setelah makan lontong sayur porsi jumbo.
Tentu saja, korban pun berjatuhan. SR bilang:
“Korban yang saya rugikan itu 30 orang. Yang harus saya kembalikan dana itu Rp 7,3 miliar.”
“Tapi ada di luar itu saya pun ada korban yang lain… total semuanya Rp 8 miliar.”
Rp 8 miliar, Saudara-saudara. Itu kalau dijadikan koin seribuan bisa buat nutup jalan raya dari Dabo ke Pelabuhan Jagoh kali ya?!. Dan lebih ajaibnya lagi, sebagian korban ini belum dikasih polis, alias cuma dikasih janji manis. Ini lebih drama dari sinetron stripping.
SR pun memohon maaf (yang entah bakal ngaruh atau enggak buat yang kehilangan duit).
“Saya mohon maaf atas segala penipuan yang saya lakukan terhadap korban-korban termasuk yang sudah melaporkan.”
Katanya sih, mau niat baik:
“Saya berjanji saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk dananya agar bisa kembali.”
SR juga menegaskan bahwa pihak bank nggak tau-menau soal ini. Duit nasabah masuknya ke rekening pribadi dia sendiri.
“Cuma kalau untuk transaksi yang saya lakukan, untuk penyetoran, penyetoran tunai, tetap saya ada di BNI. Di BNI dan untuk dana masuk nasabah pun itu melalui rekening pribadi saya.”
Kisah ini tuh sebenarnya pengingat buat kita semua, terutama emak-emak zaman now atau bapak-bapak yang handphone nya masih model handphone senter yang gampang tergoda investasi “cuan kilat” kayak 20% per bulan. Udah tahu bunga deposito aja nggak nyampe 5% setahun, kok percaya ada yang bisa kasih 20% per bulan? Itu bukan return, itu tuyul finansial.
Jangan cuma ngandelin testimoni WA atau foto orang pake jas di kantor. Kalau perlu, investasi itu kayak nyari calon menantu: harus dicek bibit, bebet, bobot, dan… rekeningnya.
Jadi ya, pelajaran moral dari drama di Dabo Singkep ini: jangan mudah percaya janji manis, apalagi dari yang ngaku kerja di bank, tapi duit malah masuk ke rekening pribadi. Karena ujung-ujungnya bisa jadi, yang manis tinggal janji, yang pahit malah cicilan.
Disclaimer:
Tulisan ini masuk dalam rubrik Suara Kutipan, kiriman warganet yang telah dipoles dengan gaya media kutipan.