
KUTIPAN – Sumatera, pulau terbesar kedua di Indonesia, tak hanya kaya akan sumber daya alam, tapi juga menyimpan sejarah panjang tentang asal-usul manusia yang mendiami wilayahnya.
Di balik hutan tropis dan sungai purba, terdapat jejak peradaban tua yang berakar dari Sundaland, serta lapisan-lapisan budaya akibat migrasi dari India, Arab, Tiongkok, dan wilayah lainnya.
Artikel ini akan membedah kemungkinan siapa sebenarnya penghuni asli Sumatera, berdasarkan kajian genetika, arkeologi, dan narasi sejarah publik.
🌏 Sundaland: Tanah Leluhur yang Tenggelam
Sundaland adalah paparan benua yang mencakup Sumatera, Jawa, Kalimantan, Semenanjung Malaya, dan wilayah sekitar. Sekitar 18.000 hingga 8.000 tahun lalu, dataran ini mulai tenggelam akibat naiknya permukaan laut karena mencairnya es kutub. Wilayah-wilayah yang kini berupa pulau-pulau dulunya merupakan dataran rendah yang menyatu.
Dalam teori alternatif seperti Out of Sundaland oleh Stephen Oppenheimer, wilayah ini dianggap sebagai pusat persebaran manusia modern ke Asia Tenggara dan Pasifik, bukan sekadar tempat persinggahan.
Teori ini diperkuat oleh studi genetika yang menunjukkan bahwa populasi Austronesia di Sumatera memiliki haplogroup lokal yang dominan, seperti M, B, F, dan Y2 — gen yang berasal dari garis ibu dan menunjukkan jejak kuat penduduk asli Nusantara.
🗿 Bukti Arkeologis: Dari Megalitikum Pasemah hingga Barus
Jejak peradaban tua di Sumatera sudah terlihat sejak ribuan tahun lalu melalui situs megalitikum seperti Pasemah di Sumatera Selatan, dengan menhir dan arca yang menunjukkan struktur sosial kompleks.
Kawasan Barus di pesisir barat Sumatera Utara telah disebutkan oleh Ptolemeus (abad ke-2 M), menandakan pentingnya Sumatera dalam jalur perdagangan internasional sejak awal.
Prasasti seperti Kedukan Bukit (682 M) dan Talang Tuo (684 M) menunjukkan bahwa Sumatera telah memiliki sistem pemerintahan, spiritualitas Buddha Mahayana, dan bahasa lokal seperti Melayu Kuno — jauh sebelum pengaruh luar datang secara masif.
🕌 Gelombang Migrasi: India, Arab, dan Tiongkok Masuk ke Sumatera
Meski akar pribumi sangat kuat, Sumatera juga mengalami berbagai gelombang migrasi:
📜 Migrasi India
- Abad ke-5 M: pedagang dan biksu Buddha dari India Selatan menjalin hubungan dengan kerajaan lokal.
- Abad ke-11 M: Tamil Muslim masuk ke Barus dan pesisir Sumatera Utara, dibuktikan oleh prasasti Tamil di Lobu Tua.
- Abad ke-19–20 M: buruh Tamil dan Sindhi dibawa oleh kolonial Inggris dan Belanda ke perkebunan di Sumatera Timur.
🕌 Migrasi Arab dan Tiongkok
- Abad ke-13 M: masuknya Islam melalui pedagang Arab dan Gujarat, berdampak besar pada struktur sosial dan budaya.
- Tiongkok mengirim utusan ke Sumatera sejak masa Dinasti Tang, termasuk catatan dari biksu I-Tsing tentang Sriwijaya sebagai pusat pembelajaran Buddha.
Namun, meski membawa pengaruh agama, bahasa, dan ekonomi, jumlah populasi migran tetap minoritas dibandingkan penduduk lokal, dan pengaruhnya lebih terasa di wilayah pesisir dan urban, bukan di pedalaman.
📊 Persentase Kemungkinan: Pribumi vs Migran
Berdasarkan kajian multidisiplin, berikut adalah perkiraan kemungkinan asal-usul penghuni Sumatera:
Asal-Usul | Persentase | Dasar Kajian |
---|---|---|
Pribumi Nusantara dari Sundaland | ±70–85% | Genetik (haplogroup M, F, Y2, B), arkeologi (megalitikum), linguistik (Melayu Kuno) |
Migrasi dari India & Luar Nusantara | ±15–30% | Catatan sejarah, prasasti, kolonisasi, komunitas urban & pesisir |
Angka ini menunjukkan bahwa mayoritas penduduk asli Sumatera adalah keturunan Austronesia lokal yang telah menetap sejak masa Sundaland, sementara arus migrasi memberi lapisan tambahan dalam identitas budaya, bukan fondasi demografis utama.
🧬 Genetik Sebagai Saksi Bisu
Studi genetik mengungkap hal mengejutkan: haplogroup India seperti R1a dan L ditemukan dalam jumlah kecil di Sumatera, terutama di komunitas Tamil dan urban.
Sedangkan DNA penduduk pedalaman dan pesisir tradisional menunjukan dominasi gen lokal, termasuk pengaruh dari masa awal migrasi Austroasiatik dan Austronesia.
Hal ini memperkuat hipotesis bahwa Sumatera memiliki warisan genetik Sundaland yang sangat kuat, meski tetap terbuka terhadap pengaruh luar sebagai bagian dari jalur dagang maritim.
📖 Narasi Publik dan Interpretasi Sejarah
Namun, perlu dicatat bahwa penggunaan bahasa Sanskerta tidak serta-merta menunjukkan dominasi migran, melainkan adaptasi budaya oleh masyarakat lokal untuk berpartisipasi dalam jaringan budaya global saat itu.
🪶 Kesimpulan: Sundaland Adalah Rumah, Migrasi Adalah Tamu
Sumatera bukan hanya tempat transit peradaban, tapi rumah bagi komunitas manusia yang telah tinggal di sana sejak puluhan ribu tahun.
Pengaruh luar dari India, Arab, dan Tiongkok memang memperkaya budaya Nusantara, namun fondasi demografis dan spiritual Sumatera tetap berakar pada peradaban Sundaland.
Dalam konteks modern, mengenali bahwa penghuni asli Sumatera adalah pribumi Nusantara adalah langkah penting untuk memahami jati diri bangsa dan posisi strategis Indonesia dalam sejarah peradaban dunia.