
KUTIPAN – Bayangin kamu punya motor tapi cuma satu ban yang muter, ya jelas nggak jalan dong. Nah, itulah analogi yang mungkin pas buat kondisi perekonomian Tanjungpinang sekarang. Ekonomi kota ini lagi ngos-ngosan, dan Wali Kota Lis Darmansyah paham betul bahwa nggak bisa cuma satu-dua dinas yang kerja keras. Semua harus ikut muter bareng. Satu ban aja nggak cukup.
Dalam rapat koordinasi Organisasi Perangkat Daerah (OPD) bulan Mei di Aula Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah, Selasa (6/5/2025), Lis nggak main-main. Dihadapan Wakil Wali Kota Raja Ariza, Sekda Zulhidayat, para kepala dinas, camat, dan kabag—semuanya dikumpulin buat satu tujuan: gotong royong benerin ekonomi yang lagi kedinginan.
“Pertumbuhan ekonomi kita saat ini sekitar 3,76 persen. Ini tentu terkait dengan kinerja kita bersama. Kalau salah satu pengampu ekonomi tidak bergerak, maka roda ekonomi juga tidak bergerak,” kata Lis dengan nada serius tapi logis.
Iya, 3,76 persen itu angka yang yaa… lebih baik dari nol sih, tapi jauh dari kata menggembirakan. Apalagi kalau kamu tahu Tanjungpinang ini punya harta karun dalam bentuk 1.200 Industri Kecil Menengah (IKM) dan 14 ribu UMKM. Banyak, kan? Tapi kok ekonomi masih jalan di tempat?
“Kita punya 1.200 IKM binaan dan sekitar 14 ribu UMKM. Tapi dengan jumlah sebanyak itu, kondisi ekonomi kita masih begini. Ini tidak relevan,” ujar Lis, kayak abis nemu soal matematika yang jawabannya nggak nyambung sama rumus.
Makanya, dia dorong dinas-dinas yang bersentuhan langsung dengan para pelaku usaha—kayak Disdagin dan DisnakerkopUM—buat lebih aktif dan nggak kerja sendirian. Kolaborasi, kata kuncinya.
Produk lokal juga mesti dikatrol. Jangan puas cuma laku di dalam kota. Kalau bisa, tembusin pasar luar. Misalnya, bikin olahan sagu khas Tanjungpinang, tapi dijual sampai ke Batam, Riau Daratan, atau bahkan luar provinsi.
“Kita perlu memahami dengan jelas apa yang kita miliki dan produk mana yang unggul. Dari situ, langkah-langkah lanjutan bisa diambil, termasuk menjalin komunikasi dengan daerah lain yang membutuhkan pasokan bahan baku dari Tanjungpinang,” kata Lis, menyelipkan strategi yang terdengar sederhana tapi sering kelewat dipikirin.
Nah, ini yang keren dari rapat itu: Lis nggak cuma asal suruh kerja. Dia paham bahwa semua harus dimulai dari data. Bukan cuma feeling atau intuisi semata. Kalau ekonomi lagi lesu, harus tahu dulu titik lemahnya di mana—apakah di distribusi, produksi, atau daya beli masyarakat.
“Kalau tahu letak masalahnya, barulah langkah bisa disusun. Pemulihan ekonomi harus berbasis data dan inovasi,” tambahnya, mengingatkan OPD agar nggak kerja kayak jalan malam tanpa lampu.
Tapi rapat kemarin nggak cuma ngomongin ekonomi, gengs. Masalah-masalah lain juga ikut dibahas. Mulai dari perbaikan jalan dan drainase (karena banjir itu ngeselin), optimalisasi pajak dan retribusi (buat nambah kas daerah), hingga isu air bersih, pendidikan, kesehatan, sampai penataan taman kota. Lengkap!
Satu hal yang jelas: Lis pengin semua OPD kerja bareng, bukan lari sendiri-sendiri kayak lomba maraton. Karena buat nyelametin ekonomi Tanjungpinang, butuh kerja rame-rame. Biar semua ban di motor yang bernama kota ini bisa muter bareng, dan kita semua bisa ngerasain jalan yang mulus ke depan.
Editor: Fikri Laporan ini merupakan rilis/laporan wartawan yang telah dikemas ulang dengan gaya penulisan Kutipan.