KUTIPAN – Gaya kampanye tim pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Lingga, Alias Wello-Muhamad Ishak (Awe-Ishak), menuai kecaman keras dari dua tokoh pemuda terkemuka Lingga.
Kritik ini dipicu oleh sebuah video yang beredar di media sosial, yang menampilkan pernyataan salah satu anggota tim kampanye Awe-Ishak menggunakan istilah dan ungkapan yang dinilai tidak santun, khususnya kepada peserta kampanye yang lebih tua.
“Biadab, Aku, kau, ikak. Kata-kata seperti ini tidak pantas diungkapkan kepada orang yang lebih tua. Kita, sebagai anak Melayu, lahir dari perut bumi Bunda Tanah Melayu, seharusnya menjunjung tinggi kesantunan dan adat. Apalagi sebagai generasi muda penerus negeri ini,” tegas Zulkarnain, Wakil Ketua Umum CINDAI Kepulauan Riau, Jumat (22/11/2024).
Zulkarnain, yang akrab disapa Ngah Zul, menyayangkan sikap arogan dan bahasa kasar yang digunakan tim kampanye Awe-Ishak terhadap para orang tua yang hadir dalam kampanye tersebut.
“Memanggil orang yang lebih tua dengan sapaan ‘Ikak’ (kalian) dan membahasakan diri dengan ‘aku’ jelas tidak mencerminkan adat dan budaya Melayu. Ini perilaku yang memalukan,” ujarnya dengan nada tajam.
Senada dengan itu, Ketua CINDAI Lingga, Kamrani Susanto, turut mengecam keras insiden tersebut. Melalui sambungan telepon, Kamrani menegaskan bahwa gaya kampanye seperti ini bertentangan dengan semboyan Kabupaten Lingga, Bertingkap Alam Berpintu Ilahi, yang mengutamakan kesantunan dan kehormatan adat dalam setiap aspek kehidupan.
“Kampanye seharusnya menjadi ajang untuk menyampaikan visi, misi, dan capaian-capaian yang pernah dihasilkan. Bukan malah menunjukkan sikap arogan dengan menggunakan bahasa yang merendahkan orang lain, apalagi kepada mereka yang lebih tua,” kritik Kamrani.
Kamrani juga mempertanyakan apakah Alias Wello, saat menjabat sebagai bupati, benar-benar merealisasikan makna dari semboyan tersebut.
“Jika ingin berbicara kritis, lakukan dengan cara yang santun dan fakta yang jelas. Faktanya, pembangunan yang mengedepankan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat tidak terlihat selama masa kepemimpinannya. Ini bisa kita lihat dari kondisi nyata di lapangan,” tambahnya.
Sebagaimana diketahui, Pilkada Lingga 2024 diikuti oleh dua pasangan calon: Muhammad Nizar-Novrizal dengan nomor urut 1 dan Alias Wello-Muhamad Ishak dengan nomor urut 2. Insiden ini semakin memperkuat polarisasi di antara pendukung kedua pasangan, dengan tim Nizar-Novrizal memanfaatkan momentum ini untuk menegaskan pentingnya kampanye yang santun dan berbasis adat Melayu.
Sikap arogan dan kasar yang dipertontonkan oleh tim Awe-Ishak dianggap mencederai nilai-nilai luhur masyarakat Lingga. Kejadian ini diharapkan menjadi pelajaran penting bagi semua pihak untuk menjaga kesantunan dalam proses demokrasi. Pilkada bukan sekadar ajang perebutan kekuasaan, melainkan momentum untuk menunjukkan komitmen membangun Kabupaten Lingga yang lebih baik.