
KUTIPAN – Bayangkan kalau ekonomi desa itu seperti sumur. Kadang dangkal, kadang dalam, tapi selalu ada potensi untuk digali. Tapi menggali tanpa alat—alias tanpa dukungan kebijakan—ya cuma bikin lelah. Nah, Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda) Percepatan Pembentukan Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih yang digelar di Kantor Gubernur Kepri, Dompak, Rabu (8/5/2025), coba hadir sebagai alat gali itu. Pertanyaannya: ini akan jadi alat yang benar-benar menggali, atau sekadar cangkul kecil untuk seremoni?
Sekretaris Daerah Kota Tanjungpinang, Zulhidayat, datang mewakili Wali Kota Lis Darmansyah yang berhalangan. Ia hadir bukan sendirian, tapi membawa serta seluruh Camat dan Lurah se-Tanjungpinang, plus kepala dinas terkait. Momen ini bukan cuma kumpul-kumpul pejabat, tapi semacam konsolidasi untuk membangun “gerakan” koperasi di desa dan kelurahan. Gerakan yang katanya mau memperkuat ekonomi rakyat dari akar paling bawah.
Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kepri, Riki Rionaldi, membuka arah pembicaraan dengan menyebut bahwa koperasi bukan sekadar badan usaha, tapi bagian dari Asta Cita-nya Prabowo-Gibran.
“Pembentukan Koperasi Merah Putih di seluruh desa dan kelurahan ini diharapkan dapat memperkuat ekonomi rakyat, memperluas lapangan kerja, serta mendorong kemandirian ekonomi masyarakat lokal,” ucap Riki.
Di atas kertas, semangat ini terasa idealis dan patriotik. Koperasi diberi nama “Merah Putih”—mengingatkan pada semangat gotong royong dan kemandirian. Tapi di lapangan, koperasi sering jadi catatan kaki dalam pembangunan.
Banyak yang hidup segan, mati pun tak jelas kapan. Karena itu, Gubernur Kepri, Ansar Ahmad, tampaknya sadar betul pentingnya membumikan gagasan ini. Ia menyebut rencana membentuk 275 Koperasi Merah Putih di 37 kecamatan se-Kepri bukan sekadar program, tapi “gerakan ekonomi.”
“Pembentukan koperasi ini bukan hanya sekadar program, tetapi sebuah gerakan ekonomi yang akan menghidupkan perekonomian di tingkat desa dan kelurahan,” katanya tegas.
Misi besar ini tentu butuh mesin penggerak. Dan salah satu mesin itu adalah pemerintah kota/kabupaten. Zulhidayat, dalam kesempatan itu, menyatakan dukungan penuh.
“Kami siap mendukung penuh pembentukan Koperasi Merah Putih di seluruh kelurahan di Tanjungpinang. Ini adalah upaya penting untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta memperkuat ekonomi lokal,” jelasnya.
Ia juga berjanji akan menggerakkan seluruh perangkat kelurahan dan kecamatan agar koperasi ini tidak berhenti di meja rapat. Janjinya terdengar mantap: pendampingan, pelatihan, bahkan monitoring dijanjikan akan dikerjakan. Tapi lagi-lagi, semua akan bergantung pada niat dan konsistensi.
Rakorda ini, di atas kertas, jadi langkah awal. Tapi langkah awal tak akan berarti kalau tak ada langkah lanjutan. Apalagi sejarah koperasi di Indonesia cukup getir. Banyak yang hanya hidup di papan nama, tanpa kegiatan riil. Maka PR-nya bukan hanya mendirikan koperasi, tapi memastikan koperasi ini hidup, relevan, dan berkelanjutan.
Karena pada akhirnya, koperasi bukan soal struktur, tapi soal kultur. Dan kultur ekonomi rakyat yang sehat, hanya bisa tumbuh jika ada dukungan nyata, bukan sekadar sambutan di podium.
Editor: Fikri Laporan ini merupakan rilis/laporan wartawan yang telah dikemas ulang dengan gaya penulisan Kutipan.