Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, Tanjungpinang menjadi Kota Terendah ke-9 yang mengalami dampak dari inflasi secara nasional. Dari data Inflasi per September year on year angka Inflasi Tanjungpinang berada di 1,53 persen.
Dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi yang dilaksanakan oleh Kementerian Dalam Negeri, Selasa (3/10/2023), diketahui bahwa angka tersebut dibawah standar angka inflasi yang nasional yang ditargetkan diangka 2,28%.
Menurut Data BPS yang disampaikan oleh Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, bahwa angka inflasi ini terjadi diakibatkan karena adanya lonjakan harga beras. Beras menjadi komoditas utama yang memberikan pengaruh sebesar 18,44% terhadap Inflasi.
Irjen Kemendagri, Tomsi Tohir Balaw, dalam arahan meminta kepada setiap kepala daerah untuk dapat menerapkan langkah-langkah pengendalian inflasi terutama dalam menjaga stabilitas harga bahan pokok.
Senada dengan hal tersebut, Penjabat Wali Kota Tanjungpinang, Hasan,S.Sos, menyampaikan bahwa rendahnya inflasi yang dialami Tanjungpinang berkat upaya pemerintah yang terus melakukan upaya menjaga stabilitas harga bahan pokok.
“Kemarin kita sudah melakukan sidak pasar bersama Dinas Perdagangan dan Perindustrian. Dari sidak tersebut kami menemukan bahwa harga beras dan daging ayam mengalami kenaikan harga. Untuk itu saya meminta agar operasi pasar harus terus dilakukan agar dapat mengintervensi harga bahan pokok,” jelas Hasan.
Hasan juga mengungkapkan bahwa ketersediaan stok beras di Gudang Bulog masih aman hingga ke penghujung tahun 2023.
“Selain operasi pasar, Pemerintah Kota Tanjungpinang juga tetap menjalankan program pendistribusian Beras Bulog kepada 7.280 Keluarga Penerima Manfaat. Hal ini tentu menjadi upaya nyata untuk mengurangi dampak inflasi di Kota Tanjungpinang,” kata Hasan.