
KUTIPAN – Di Tanjungpinang, Sabtu pagi itu tidak biasa. Alih-alih hanya deru kendaraan dan hiruk pikuk pasar, suasana kawasan Taman Batu X dipenuhi aroma tanah basah, suara sapu lidi, dan tawa warga. Bukan sedang ada festival, melainkan aksi gotong royong yang dipimpin langsung oleh Wali Kota Tanjungpinang, Lis Darmansyah.
Tak tanggung-tanggung, hampir seluruh perangkat daerah ikut turun tangan—mulai dari Dinas Perhubungan sampai Satpol PP, lengkap dengan warga dari tiga kelurahan di sekitar kawasan taman. Yang menarik, kegiatan ini bukan sekadar bersih-bersih biasa, tapi juga semacam “upacara cinta lingkungan” yang dikemas dalam semangat kebersamaan khas orang Tanjungpinang.
Lis Darmansyah yang hadir di lokasi tampak tidak hanya memberikan instruksi, tapi juga menanamkan pesan moral: menjaga kota bukan tugas pemerintah semata, tapi tanggung jawab bersama. Di tengah rutinitas kerja dan pembangunan, momen seperti ini terasa jadi jeda penting—mengembalikan ingatan bahwa kota yang bersih dan hijau tak lahir dari proyek, melainkan dari kepedulian.
Gotong royong di kawasan Taman Batu X, Sabtu (01/11/2025), menjadi pemandangan menyegarkan di tengah kota. Pemerintah Kota Tanjungpinang menggerakkan seluruh jajarannya untuk turun ke lapangan, membersihkan area taman, merapikan fasilitas umum, dan menata ulang ruang hijau yang menjadi paru-paru kecil di wilayah Tanjungpinang Timur.
Bukan cuma pegawai pemerintah yang sibuk menyapu dan mengangkut sampah, tapi juga masyarakat sekitar yang ikut bergabung. Ada warga dari Kelurahan Batu IX, Air Raja, hingga Pinang Kencana. Tentu saja, kehadiran mereka menambah semangat di pagi yang cerah itu.
Wali Kota Lis Darmansyah yang hadir langsung di lokasi, mengapresiasi gerakan kolaboratif ini.
“Gotong royong ini adalah bentuk nyata kebersamaan kita dalam menjaga kebersihan dan memperindah lingkungan. Dengan melibatkan seluruh OPD dan masyarakat, kami ingin menumbuhkan rasa memiliki terhadap kota yang kita cintai ini,” ujar Lis.
Dalam pengamatannya, Lis tak hanya bicara tentang sampah atau taman yang indah, tapi juga tentang nilai-nilai yang perlahan pudar di tengah hiruk pikuk modernitas: rasa memiliki terhadap ruang bersama. Ia menegaskan, kegiatan seperti ini menjadi cara sederhana namun kuat untuk menumbuhkan cinta pada kota sendiri.
Lis juga menyoroti perawatan fasilitas publik yang telah dibangun pemerintah, khususnya di Taman Batu X—ruang publik yang kini mulai ramai dikunjungi warga untuk berolahraga, bersantai, atau sekadar duduk menikmati sore.
“Sarana yang sudah ada di Taman Batu X harus selalu dirawat dan dijaga agar dapat berfungsi dengan baik. Taman ini bukan hanya sekadar tempat bersantai, tetapi juga menjadi simbol kepedulian kita terhadap ruang publik yang hijau dan nyaman,” tambahnya.
Sebagai penutup, Lis kembali mengingatkan bahwa menjaga kebersihan dan memperindah lingkungan bukan tugas musiman yang muncul hanya ketika pejabat datang meninjau.
“Mari kita bersama menjaga Kota Tanjungpinang dan berbenah bersama. Dengan kebersamaan, kota ini akan semakin indah dan menjadi tempat yang nyaman bagi semua,” tutupnya.
Bisa jadi, apa yang terjadi di Taman Batu X pagi itu hanyalah satu kegiatan gotong royong sederhana. Namun di balik sapu lidi dan kantong sampah itu, tersimpan pesan penting: kota yang bersih tidak dibangun dari pidato atau plakat penghargaan, tapi dari kebersamaan warganya.





