
KUTIPAN – Zakat, ternyata, bukan cuma soal kewajiban ibadah. Di tangan yang tepat, ia bisa menjelma jadi bangunan nyata. Bukan gedung pencakar langit, tapi sesuatu yang lebih membumi: Rumah Sehat. Ya, di Jalan Bintan, Kota Tanjungpinang, baru saja berdiri Gedung Rumah Sehat BAZNAS (RSB) yang diresmikan pada Selasa, 7 Mei 2025. Peresmiannya bukan sekadar acara simbolik dengan potong pita dan tepuk tangan. Ada harapan besar di balik dinding-dinding putih bangunan itu.
Wakil Gubernur Kepulauan Riau, Nyanyang Haris Pratamura, hadir langsung mewakili Gubernur Ansar Ahmad. Ia didampingi oleh Ketua BAZNAS RI, Noor Achmad—dua tokoh yang dalam pertemuan ini tampak menunjukkan bahwa urusan kesehatan masyarakat bukan hanya urusan Kementerian Kesehatan, tapi juga bisa jadi kerja sama umat.
“Kami sangat mengapresiasi upaya BAZNAS dalam menghadirkan fasilitas kesehatan yang tidak hanya terjangkau tetapi juga berkualitas,” kata Nyanyang. Ia menyebut pembangunan ini sebagai langkah nyata yang membawa semangat pemerataan pelayanan kesehatan. Sebuah semangat yang, sayangnya, masih sering jadi jargon politik semata.
Ketua BAZNAS Kepri, Arusman Yusuf, menyampaikan alasan mendalam berdirinya RSB ini. Bukan sekadar proyek fisik, tapi sebagai jawaban atas kebutuhan yang nyata—akses layanan kesehatan yang layak, terutama untuk mereka yang sering tak terjangkau oleh sistem.
“Rumah Sehat BAZNAS ini adalah wujud nyata kepedulian kita untuk memperluas akses kesehatan, bukan hanya untuk kaum dhuafa, tetapi seluruh lapisan masyarakat yang membutuhkan,” ujar Arusman.
Tapi bukan cuma berdiri dan selesai. Arusman juga mengingatkan bahwa pembangunan semacam ini tak akan mungkin tanpa dukungan zakat dari masyarakat. Di sinilah logika keumatan diuji. Bahwa zakat tak cuma untuk amplop lebaran, tapi bisa diolah jadi sesuatu yang lebih berkelanjutan.
“Kami juga mengingatkan kepada seluruh masyarakat yang memiliki kemampuan finansial untuk terus menunaikan zakatnya. Dengan berzakat, kita bisa saling membantu dan memperkuat solidaritas sosial,” tambahnya.
Gedung Rumah Sehat ini bukan RS elite dengan karpet merah dan lobby mewah. Tapi justru itu yang membuatnya relevan. Ia dibangun bukan untuk gaya-gayaan, tapi untuk menyentuh kebutuhan dasar masyarakat: kesehatan yang adil, setara, dan tanpa diskriminasi dompet.
Tamrin Dahlan, Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Kota Tanjungpinang, juga menyuarakan dukungannya. Menurutnya, pemerintah kota menyambut baik kehadiran RSB karena ini adalah bentuk pelayanan yang inklusif.
“Kami sangat mendukung keberadaan Rumah Sehat BAZNAS ini, karena ini adalah bentuk nyata dari pelayanan kesehatan yang inklusif dan peduli terhadap masyarakat kurang mampu,” ujar Tamrin.
Tidak hanya itu, ia menegaskan bahwa Pemkot siap berkolaborasi lebih jauh dalam program-program sosial yang dirancang oleh BAZNAS. Kalau benar-benar dilakukan, ini bisa jadi model kerja sama ideal antara negara dan masyarakat sipil.
Peresmian gedung ini ditutup dengan doa bersama dan peninjauan fasilitas yang dimiliki. Mungkin tak semewah rumah sakit swasta, tapi harapan yang tertanam di dalamnya jauh lebih besar dari sekadar tempat tidur pasien dan alat kesehatan.
Karena pada akhirnya, kesehatan bukan soal siapa punya uang lebih banyak, tapi siapa yang peduli lebih awal.
Editor: Fikri Laporan ini merupakan rilis/laporan wartawan yang telah dikemas ulang dengan gaya penulisan Kutipan.