
KUTIPAN – Batam, kota yang dikenal dengan pelabuhan bebas dan surganya belanja, kali ini punya gawe penting. Bukan soal promo diskon ritel atau konser dangdut, tapi urusan yang jauh lebih serius: nutrisi.
Ratusan dokter spesialis gizi dari seluruh penjuru Indonesia tumplek blek di Swiss-Belhotel Harbour Bay, Batam, dalam acara bertajuk Forum Sumatra Update on Nutrition Science (SUNs) Batam 2025. Kegiatan ini berlangsung dari 2 hingga 5 Juli 2025, diisi dengan simposium dan workshop bernas seputar nutrisi dan kesehatan masyarakat.
Yang menarik, forum ini dibuka langsung oleh Wakil Gubernur Kepulauan Riau, Nyanyang Haris Pratamura. Dalam sambutannya, Nyanyang tak setengah-setengah menekankan bahwa sektor kesehatan adalah prioritas utama pembangunan daerah.
“Untuk mencapai tujuan pembangunan yang berkelanjutan, pelayanan kesehatan harus terus ditingkatkan secara nyata. Salah satu fondasinya adalah dengan pemenuhan kebutuhan gizi dan nutrisi masyarakat,” ujar Wagub.
Tak hanya basa-basi, Nyanyang juga menerima cinderamata dari Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia (PDGKI), organisasi yang jadi motor utama forum ilmiah ini. Kesan formalitas? Mungkin. Tapi pesannya jelas: gizi itu urusan bersama.
“Acara seperti ini sangat penting karena memperkuat kolaborasi antar profesi dalam membagikan informasi ilmiah kepada masyarakat luas. Kesehatan adalah tanggung jawab bersama,” tambahnya.
Dengan gaya khas pejabat yang tahu betul potensi daerahnya, Nyanyang juga mempersilakan seluruh peserta untuk sekalian healing tipis-tipis menikmati Batam.
“Kami persilakan seluruh peserta untuk menikmati Batam—dari kuliner, belanja, hiburan, hingga keindahan wisatanya,” ucapnya ramah, seperti sales hotel bintang lima.
Sementara itu, dari kubu penyelenggara, dr Nur Ashari SpGK, Subspesialis Kedokteran Metabolik (Sp-KM), tampil dengan suara tegas menyampaikan pentingnya peran negara dalam mendukung inisiatif kesehatan berbasis nutrisi.
“Ini menjadi bukti nyata kolaborasi yang baik antara pemerintah dan tenaga medis,” katanya.
Ia menegaskan bahwa urusan gizi bukanlah perkara pinggiran dalam dunia medis.
“Jika nutrisi terpenuhi dengan baik, maka masalah kesehatan lain seperti stunting dan anemia bisa dicegah secara signifikan,” ujar Nur Ashari lagi.
Tentu, forum seperti SUNs Batam 2025 bukan sekadar ajang ngumpul dan salam-salaman. Harapannya, simposium ini bisa memperkuat sinergi antara akademisi, praktisi, dan pemerintah untuk meningkatkan gizi masyarakat Indonesia. Terutama di wilayah barat dan daerah kepulauan seperti Kepulauan Riau, di mana akses terhadap informasi dan pelayanan kesehatan tak selalu merata.
Melihat antusiasme peserta, lengkap dengan ragam workshop bernuansa ilmiah, jelas bahwa SUNs Batam 2025 bukan acara biasa. Ia adalah ruang bertemunya ilmu, kepedulian, dan cita-cita besar membangun Indonesia yang lebih sehat—dimulai dari isi piring.***
Editor: Fikri Artikel ini merupakan rilis/laporan wartawan yang telah dikemas ulang dengan gaya penulisan Kutipan, tanpa mengurangi substansi informasi.
Untuk informasi beragam lainnya ikuti kami di medsos:
https://www.facebook.com/linggapikiranrakyat/
https://www.facebook.com/kutipan.dotco/