
KUTIPAN – Kadang kita suka lupa kalau gerakan politik yang keren itu bukan cuma lahir dari gedung-gedung tinggi di Jakarta atau pusat kota besar. Kadang, semangatnya justru membara dari tempat yang jauh dari sorotan, semisal Kabupaten Lingga di Kepulauan Riau. Salah satu buktinya? Datangnya Rico Lesmana, Ketua DPD PSI Lingga, ke Kongres Nasional PSI yang digelar dua hari penuh, 19–20 Juli 2025, di Kota Solo.
Kalau biasanya partai politik suka kirim utusan sekadar formalitas, Rico datang bawa misi. Bukan cuma numpang foto atau update story. “Kehadiran kami di Solo ini bukan hanya simbolik, tapi sebagai bentuk nyata partisipasi aktif DPD PSI Lingga dalam mewujudkan perubahan positif di daerah,” katanya.
Bersama ratusan pengurus dari seluruh Indonesia, Rico menyatu dalam barisan. Yang membedakan, dia datang dengan latar dari daerah kepulauan, yang barangkali sering dipandang sebelah mata oleh elit politik Jakarta. Tapi bukan Rico namanya kalau nggak bikin suara daerah jadi terdengar.
Salah satu momen yang bikin seluruh arena kongres bergetar adalah ketika Kaesang Pangarep, anak bungsu Joko Widodo, kembali terpilih sebagai Ketua Umum PSI. Kader se-Indonesia kompak mendukung, termasuk PSI Lingga.
“Kami siap membawa semangat perubahan dari Lingga. PSI bukan hanya partai kota, tapi partai rakyat yang hadir hingga ke pelosok,” tambah Rico.
Kehadiran Jokowi pada momen itu tentu jadi energi tambahan. Joko Widodo bukan cuma kasih pidato basa-basi. Ia tegas menyatakan akan bekerja keras untuk kemenangan PSI. Di titik ini, bisa dilihat bagaimana PSI bukan hanya proyek politik anak muda, tapi jadi gerakan yang mulai punya nafas panjang dan jejaring lintas generasi.
Rico memanfaatkan momen kongres itu untuk menjalin komunikasi dengan pengurus pusat dan tokoh PSI nasional. Ini penting, bukan cuma buat eksistensi partainya, tapi juga demi menyuarakan aspirasi masyarakat Lingga secara lebih sistematis dan progresif.
Dengan semangat pasca-kongres, DPD PSI Lingga tampaknya enggak akan cuma diam. Mereka siap mengawal agenda-agenda kerakyatan dari wilayah yang mungkin selama ini dianggap pinggiran. Tapi justru dari pinggiranlah perubahan sejati bisa dimulai.
Laporan: Erika | Editor: Fikri
Artikel ini merupakan rilis/laporan wartawan yang telah dikemas ulang dengan gaya penulisan media Kutipan, tanpa mengurangi substansi informasi.