Oleh Siti Khumairah Mahasiswa Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Sekolan Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sultan Abdurrahman Kepulauan Riau
Saya adalah salah satu dari banyak orang yang senang dan nyaman apabila mendapati komunikator yang baik, santun, dan kata-katanya mudah dipahami. Bagaimana tidak? Mereka yang memiliki tatakrama berkomunikasi seperti itu pasti akan digemari pendengarnya. Bahkan, kalimatnya mampu “menghipnosis”. Saya yakin, pembaca juga bersepakat dengan saya.
Sebaliknya, apabila kita mendengar orang berbicara dengan prilaku lisan yang buruk, tidak beraturan tutur katanya, justru akan menimbulkan dan menciptakan ketidaknyamanan dalam diri pendengar. Pesannya tidak tersampaikan. Komunikasinya pun menjadi tidak efektif.
Dalam etika komunikasi Islam, ada satu istilah yang cukup sesuai untuk gambaran seperti di atas, yakni “Qaulan Maysura”. Secara bahasa, Qaulan Maysura berarti perkataan yang mudah.
Para cendekiawan muslim juga memiliki beragam definisi, namun tetap dengan maksud yang sama. Imam Al-maraghi mengartikannya sebagai ucapan yang lunak dan baik atau ucapan janji yang tidak mengecewakan. Sedangkan Ibnu Katsir menyebutkan makna Qaulan Maysura dengan perkataan yang pantas dan ucapan janji yang menyenangkan.
Kedua pendapat tersebut bisa diartikan bahwa apapun yang keluar dari lisan kita, maka hendaklah menyenangkan orang lain. Namun, bukan berarti berbohong. Hal ini senada dengan Firman Allah, dalam QS. Al-Isra’ Ayat 28 yang artinya, “dan jika engkau berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang engkau harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang lemah lembut.”
Contoh komunikator ulung dalam memperaktikan etika Qaulan Maysura ini ialah Rasulullah Shallahu Alaihi Wasallam (SAW). Segala aspek kelembutan dari sang Baginda mampu membangun cinta positif di hati umat muslim awal. Retorika dakwah beliau sangat merujuk pada kelembutan sehingga banyak dari mereka yang tersentuh oleh apa yang di dakwahi beliau. Itulah kehebatan beliau ketika berdakwah di kalangan masyarakat jahiliyah ketika itu.
Berkomunikasi itu adalah cara untuk bisa memahami dan mengerti terhadap orang lain di manapun dan kapanpun. Kita semua memiliki peran, baik sebagai komunikator maupun komunikan. Itulah mengapa memahami Qaulan Maysura ini sangat penting dalam aspek kehidupan dan perlu dipelajari serta dipraktikan. Ketika menjadi komunikator, anda butuh memahami bagaimana cara menyusun kata dengan baik sehingga mudah dicerna dan dipahami oleh komunikan.
Saya, sangat mendalami posisi seperti itu, bahkan saya memandang itu sebagai kesempatan agar apa yang saya sampaikan menjadi manfaat bagi banyak orang. Tidak bisa dipungkiri, dampak yang saya dapat ketika melisankan sesuatu dengan perkataan yang mudah, lembut , jernih dan gampang dicerna menjadi sesuatu yang berharga dalam hidup saya. Kadangkala pesan-pesan lembut yang saya sampaikan itu mampu merubah hidup seseorang, kadangkala juga mampu merubah sudut pandang seseorang dalam memahami mindset kehidupan.
Dengan demikian, Qaulan Maysura adalah perkataan yang mudah dan gampang di cerna oleh pendengar. Hendaknya kita sebagai manusia menjaga lisan agar tidak menyakiti hati sesiapa, barangkali ucapan yang baik dan mudah bisa menyenangkan hati orang lain.
Setidaknya, merawat lisan dengan qaulan maysura, tentu keselamatan dan kedamaian akan menghampiri kita. Dan jika mampu mengolah kata dengan baik dan bijaksana, tentunya juga kita pun akan dijauhkan dari bara siksa api neraka.
Lidah bisa membawa kita pada tempat yang paling tinggi, tetapi bisa juga menjerumuskan kita ke tempat paling rendah. Itulah mengapa menjaga lisan atau perkataan sangat penting sehingga tidak menjadi pedang untuk diri kita sendiri. Maka, patutlah kita memegang prinsip qaulan maysura ini dalam komunikasi.