Puluhan pelajar Sekolah Dasar (SD) yang berada di Desa Mentuda, Kecamatan Lingga, Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau harus rela arungi lautan dan mendaki bebukitan serta blusukan masuk kedalam hutan untuk mencari sinyal internet.
Hal itu dilakukan oleh para pelajar yang juga didampingi guru nya itu untuk mendapatkan jaringan sinyal internet agar dapat mengikuti ujian Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK).
Salah satu guru SMP Negeri 5 Mentuda Isnain mengungkapkan, minimnya sinyal di Desa Mentuda membuat pembelajaran berbasis internet bagi peserta didik menjadi terhambat. Untuk mendapatkan jaringan internet yang lumayan bagus, pihak sekolah harus memboyong para pelajar keluar dari lingkungan sekolah menuju ke sebuah pulau yang terjangkau jaringan internet.
Baca Juga : Kadisdikpora Lingga Buka Pentas PAI
“Jangkauan sinyal disini (Mentuda) minim. Untuk nelpon aja susah, apalagi internet. Jangkauan sinyal internet yang lumayan bagus dan agak dekat dari sini hanya ada di Pulon,” ungkap Isnain saat dihubungi, Rabu (26/10/2022).
Lebih jauh Isnain mengatakan, dikarenakan tidak mendapatkan jangkauan jaringan internet maka saat para pelajar akan melaksanakan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK), pihak sekolah harus memboyong para anak didiknya menyeberangi lautan menggunakan kapal kayu menuju ke Pulau Pulon.
Dua pekan yang lalu, ungkap Asnain pihaknya dari SMP Negeri 5 Mentuda memboyong para pelajar ke Pulau Pulon, sementara dua hari ini para pelajar dari SD Negeri 011 yang mengunjungi pulau Pulon untuk melaksanakan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK).
“Di sekolah tak ada sinyal internet, jadi harus nyeberang ke Pulon. Dua minggu yang lalu anak-anak kami SMP Mentuda. Semalam dan tadi itu ujian ANBK anak SD,” ungkap Asnain.
Sambung Asnain, perjuangan para tenaga pendidik bersama siswa-siswi SMP dan SD di Desa Mentuda, untuk mendapatkan jangkauan sinyal internet tak hanya sebatas mengarungi lautan yang jaraknya lumayan jauh dari letak sekolah, namun setibanya di Pulau Pulon, para pelajar tersebut harus mendaki bebukitan memasuki hutan.
“Hanya ditempat itu (Pulon) yang terdekat, dari sekolah untuk sampai ke Pulon naik pompong (kapal kayu) jarak dari sekolah ke Pulon sekitar 25 sampai 30 menit-an. Di Pulon tak semua tempat dapat sinyal internet bagus, harus naik bukit ngejar sinyal dari Tanjung Kelit,” ungkap Asnain.
Sementara itu Kepala Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Lingga Armia mengatakan, persoalaan jangkauan jaringan internet dibeberapa diwilayah di Kabupaten Lingga sangat minim jaringan sinyal internet.
“Jadi persoalan itu tidak hanya terjadi di Mentuda, dibeberapa wilayah juga mengalami kendala yang sama jaringan internet,” ungkap Armia kepada kutipandotco.
Meski demikian, ungkap Armia menambahkan, ditengah segala keterbatasan dunia pendidikan di Kabupaten Lingga, semangat tenaga pendidik tak pernah padam dan pudar. Para guru penuh dengan semangat dan keuletan memberikan ilmu dan membimbing para pelajar dibeberapa daerah terpencil.
“Kami (guru) tentu akan memberikan yang terbaik untuk putra dan putri penerus bangsa ini. Keterbatasan internet bukanlah halangan, hanya saja kami harus melakukan hal lebih untuk peserta didik. Anak-anak didik kami juga penuh dengan semangat menuntut ilmu,” kata Asnain.
Tentu tambah Armia, menjadi harapan jaringan internet dibeberapa wilayah yang jangkauannya minim menjadi lebih baik, sebab tenaga pendidik, peserta didik dan masyarakat saat ini sangat memerlukan jaringan internet mengingat perkembangan dunia digital yang semakin pesat.
(Seka)
Baca Juga : Kadisdikpora Kumpulkan Sepatu Untuk Pelajar di Lingga