
KUTIPAN – Kalau ada yang bilang anak sekolah zaman sekarang cuma sibuk main gadget, mungkin belum pernah mampir ke Lapangan Basket Teladan di Tanjungpinang awal Agustus kemarin. Bayangkan, terik matahari bercampur keringat, sorakan teman setim, sampai suara sepatu basket yang berdecit di lantai, jadi latar belakang drama olahraga yang tak kalah seru dari pertandingan NBA di TV. Bedanya, di sini nggak ada Lebron James atau Stephen Curry, yang ada anak SMA berkaos sekolah dan SMP berseragam tim, tapi semangatnya? Jangan ditanya, bisa bikin sponsor minuman energi minder.
Penutupan Pekan Olahraga Pelajar Kota (POPKOT) 2025 kemarin itu seperti ujung sebuah serial panjang. Dari 1 sampai 11 Agustus, ratusan pelajar Tanjungpinang adu bakat, adu strategi, dan sedikit adu gengsi. Semua demi medali dan kebanggaan sekolah. Dan di balik itu, ada cerita soal sportivitas, kerja keras, dan mimpi-mimpi besar yang bahkan nggak bisa diukur cuma dari berapa kali bola masuk ke ring atau shuttlecock jatuh di garis lawan.
Saat POPKOT Bukan Cuma Soal Siapa Paling Cepat atau Paling Banyak Skor
Wali Kota Tanjungpinang, Lis Darmansyah, datang langsung menutup ajang ini. Bukan sekadar basa-basi seremonial, tapi juga mengirim pesan yang bikin para atlet pelajar ini merasa dihargai.
“POPKOT ini bukan hanya ajang mencari juara, tetapi juga wadah untuk membentuk karakter, disiplin, dan mental juara bagi generasi muda kita,” katanya.
Tahun ini, ada tujuh cabang olahraga yang dipertandingkan: Bola Basket, Sepak Bola, Pencak Silat, Bola Voli, Badminton, Tenis Meja, dan Panahan. Totalnya, 725 atlet dari 66 sekolah—dari SD sampai SMA—ikut ambil bagian. Kalau mau dibikin film, ini sudah seperti Avengers versi olahraga pelajar.
Siapa Saja yang Jadi Raja dan Ratu Lapangan Tahun Ini?
Prestasi tentu tetap jadi catatan manis. Di tingkat SMA, SMAN 1 Tanjungpinang meraih juara umum dengan 6 emas. SMPN 7 Tanjungpinang mendominasi di tingkat SMP, sedangkan SDIT Al-Madinah jadi jawara tingkat SD. Ada juga deretan peraih medali lain yang mungkin belum viral, tapi sudah bikin nama sekolahnya melambung setidaknya di kalangan pelajar kota ini.
Khusus cabang basket yang jadi momen penutupan, atmosfernya cukup panas. Kategori SMP diikuti 5 tim putra dan 4 tim putri, sementara SMA jadi ajang persaingan ketat antar sekolah favorit.
Harapan yang Dibawa Pulang Bersama Medali
Di penghujung acara, Lis Darmansyah memberi tantangan manis: terus berlatih untuk ajang yang lebih besar seperti POPDA dan POPNAS.
“Kita ingin dari Tanjungpinang lahir atlet-atlet berprestasi yang bisa mengharumkan nama daerah di kancah nasional bahkan internasional,” tegasnya.
Ada juga penyerahan medali, piala, dan sesi foto bersama yang penuh senyum—walau ada juga yang senyumnya kecut karena gagal meraih emas. Tapi begitulah olahraga, selalu ada cerita yang bisa dibawa pulang, entah itu kemenangan atau pelajaran.
Kalau POPKOT ini diibaratkan ujian, medali itu cuma nilai di rapor. Yang lebih penting adalah pengalaman, mental baja, dan teman-teman baru yang mungkin suatu hari jadi lawan di level nasional. Jadi, siap-siap saja, bisa jadi yang hari ini cuma jago di Lapangan Teladan, besok sudah rebut piala di Jakarta. Eh, siapa tahu?