
KUTIPAN – Minggu sore di Batam bukan cuma soal jalan-jalan ke mall atau nongkrong di tepi laut sambil ngopi. Di tengah riuhnya akhir pekan, sebuah momen penting justru terjadi di Golden Prown Bengkong 933. Bukan konser atau bazar makanan, melainkan pelantikan pengurus Perkumpulan Senayang Lingga, Singkep (Selingsing) yang sukses bikin suasana hangat dan penuh semangat kebersamaan. Yang bikin makin spesial, Wakil Gubernur Kepulauan Riau, Nyanyang Haris Pratamura, ikut hadir dan menyampaikan pesan yang bukan kaleng-kaleng: jaga pulau, jaga budaya, jaga Kepri.
Acara ini bukan sekadar pelantikan pengurus. Bagi masyarakat asal Senayang, Lingga, dan Singkep yang kini merantau di Batam, ini semacam reuni akbar yang dibungkus dengan misi mulia: mempererat tali silaturahmi dan memperkuat peran warga perantauan dalam pembangunan daerah.
Di hadapan warga yang hadir, Wagub Nyanyang menyampaikan hal yang terdengar sederhana tapi bermakna dalam: Kepri itu bukan cuma gugusan pulau, tapi juga rumah bersama yang harus dijaga.
“Kepri memiliki sebanyak 2.408 pulau, dengan 1.350 pulau telah memiliki nama dan 1.058 lainnya belum. Ini menjadi tanggung jawab kita bersama untuk menjaga kedaulatan dan memajukan daerah kita,” ucapnya tegas.
Jumlah pulau segitu banyak, dan lebih dari seribu belum bernama? Waduh. Bisa-bisa nanti ada yang sembarangan ngasih nama. Ini PR bareng-bareng, bukan cuma pemerintah, tapi juga masyarakat.
Selain Wagub, acara ini juga dihadiri tokoh-tokoh penting seperti anggota DPRD Kepri Asmin Patros, Wali Kota Batam Amsakar Achmad (yang juga Pembina Selingsing), Kepala Kanwil Kemenkumham Kepri Edison Manik, Ketua Umum Selingsing Siti Aisyah, hingga Ketua LAM Kota Batam Raja Muhammad Amin.
Bagi warga Selingsing, kehadiran tokoh-tokoh ini semacam sinyal bahwa suara mereka didengar dan eksistensi mereka diperhitungkan. Terlebih saat Wagub menyebut langsung potensi besar yang dimiliki daerah asal mereka.
“Selingsing telah dikenal luas, tidak hanya dari wilayahnya, tetapi juga dari kekayaan budaya, tradisi, dan kulinernya. Bahkan Sultan Mahmud Syah yang berasal dari Lingga telah dianugerahi gelar Pahlawan Nasional,” ungkapnya.
Coba bayangin, dari daerah yang mungkin belum semua orang tahu letaknya, bisa lahir pahlawan nasional. Bangga? Sudah pasti. Tapi juga jadi pengingat bahwa akar budaya itu penting dan harus terus dirawat.
Selain bicara soal pulau dan budaya, Wagub juga kasih pesan soal pentingnya jalinan sosial dan harmoni dalam keberagaman.
“Saya berharap perkumpulan ini bisa bersinergi dengan pemerintah daerah untuk membawa Kepri ke arah yang lebih baik.”
“Mari kita jaga kerukunan, persatuan, dan keberagaman yang ada. Kita semua punya tanggung jawab melestarikan adat dan budaya Melayu yang menjadi jati diri kita.”
Gaya bicaranya memang diplomatis, tapi pesannya jelas: jangan sampai sibuk merantau lalu lupa kampung halaman. Dan jangan cuma jago debat di grup WhatsApp keluarga, tapi lupa aksi nyata buat daerah.
Pelantikan pengurus ini jadi titik awal. Wadah seperti Selingsing diharapkan bisa jadi penghubung antara masyarakat dan pemerintah. Entah dalam bentuk kegiatan sosial, pelatihan budaya, atau program ekonomi kreatif.
Yang pasti, kehadiran organisasi semacam ini bisa jadi “kompas” buat warga perantauan agar tetap terhubung dengan akar budayanya. Jangan sampai identitas menguap ditelan gemerlap kota.
Di tengah dunia yang makin cepat dan sibuk, acara seperti ini jadi pengingat sederhana: pentingnya pulang, walau hanya lewat rasa. Pulang ke budaya, ke akar, ke jati diri. Karena dari situlah kekuatan sebuah daerah tumbuh—bukan hanya dari gedung tinggi atau jalan tol, tapi dari warganya yang tahu dari mana mereka berasal dan ke mana mereka mau melangkah.
Untuk informasi beragam lainnya ikuti kami di medsos:
https://www.facebook.com/linggapikiranrakyat/
https://www.facebook.com/kutipan.dotco/
Editor: Fikri Artikel ini merupakan rilis/laporan wartawan yang telah dikemas ulang dengan gaya penulisan Kutipan, tanpa mengurangi substansi informasi.