
Ada yang bilang, minggu pertama masuk sekolah itu kayak nonton episode pilot dari sinetron baru: penuh kejutan, tokoh-tokoh baru, dan tentu saja, dramanya belum dimulai tapi kita sudah bisa menebak siapa yang bakal jadi karakter utama. Di Lingga, episode pembuka tahun ajaran 2025 dibuka dengan MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) yang digelar di dua panggung utama: SDN 004 Lingga dan TK Pembina Daik, Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau.
Dan seperti biasa, ketika anak-anak masih sibuk nyari teman duduk dan guru-guru ngatur barisan kayak lagi gladi resik upacara bendera, datanglah tamu spesial: Bunda PAUD Kabupaten Lingga dan Ketua Dekranasda Kabupaten Lingga. Ini bukan sekadar kunjungan ceremonial ala pejabat yang suka dadah-dadah ke kamera, ini penampilan perdana tahun ajaran baru. Semacam fashion show pembukaan, tapi isinya penuh semangat pendidikan.
Bunda PAUD ini bukan sembarang bunda. Beliau semacam The Queen Mother dalam semesta pendidikan anak usia dini. Kalau di dunia Avengers, beliau tuh kayak Nick Fury: nggak selalu muncul di tengah laga, tapi jadi arsitek strategi besar. Kehadiran beliau ke MPLS itu sinyal serius kalau pendidikan anak bukan urusan remeh, dan guru TK bukan babysitter dengan gelar sarjana.

Bersama Ketua Dekranasda yang ikut hadir, suasana MPLS mendadak kayak kolaborasi Disney dan Pixar: hangat, penuh warna, dan bikin haru. Iya, karena kita tahu, di balik satu anak yang berani nyanyi di depan kelas, ada guru TK yang udah latihan vokal lebih rajin daripada peserta Indonesian Idol.
Kabid PAUD dari Disdikpora juga hadir. Lengkap pula dengan Korwil Lingga Timur, kepala sekolah, dan guru-guru hebat dari TK sampai SD. Ini semacam crossover event dunia pendidikan. Kayak “Avengers: Endgame”, tapi ending-nya bukan pertarungan melawan Thanos, melainkan awal dari petualangan intelektual generasi muda Lingga.
Yang bikin hati hangat tuh ketika melihat anak-anak TK dan SD mulai berkenalan satu sama lain, ada yang masih malu-malu, ada yang udah nyanyi “Balonku Ada Lima” dengan semangat layaknya sedang tampil di panggung TikTok FYP. Guru-guru? Mereka tetap jadi pahlawan tanpa jubah, tapi kali ini dengan spanduk MPLS dan setumpuk daftar hadir.
Tentu saja, semua ini bukan sekadar rutinitas tahunan. Ini adalah ritual sakral pembuka masa depan. Karena pendidikan itu dimulai dari perkenalan, dari rasa nyaman, dari senyum pertama saat anak kecil memanggil gurunya “Bu”. Dan di sinilah peran Bunda PAUD dan semua pihak yang terlibat menjadi penting. Mereka adalah produser di balik layar yang memastikan naskah besar bernama pendidikan ini berjalan sesuai alur.

Lalu, kenapa perlu disorot dan dirayakan? Karena pendidikan yang baik tidak hanya dimulai dari kurikulum yang rapi, tapi juga dari semangat kolaborasi. Dari pemimpin daerah yang turun tangan, dari guru yang ikhlas, dan dari anak-anak yang berani melangkah masuk ke kelas baru walaupun tadi pagi masih nangis minta pulang.
Jadi, buat para guru yang sudah siap dengan RPP, para orang tua yang deg-degan ngelepas anak pertamanya ke sekolah, dan para pejabat yang datang bukan cuma buat formalitas, MPLS ini bukan ajang basa-basi. Ini momen penting, tempat di mana masa depan mulai ditata, dan semoga, nggak cuma ditinggal selfie lalu ditinggal pergi.
Penulis: Siti Merduwati (Alumni Sekolah Kehidupan Lingga Timur)
Disclaimer: Tulisan ini merupakan kiriman dari penulis atau pembaca Kutipan. Isi tulisan sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Kutipan telah menyunting seperlunya agar sesuai dengan gaya khas media.