
KUTIPAN – Di tengah hiruk-pikuk Jakarta Selatan, Sarang Petarung Marinir Cilandak kembali jadi panggung diplomasi militer pada Kamis (16/10/2025). Bukan latihan rutin, kali ini yang hadir bukan sembarang tamu, Chief of Defence Force Australia, Admiral David Johnstone, datang berkunjung langsung ke markas para prajurit Korps Marinir.
Sosok penting dari Negeri Kanguru itu tidak datang sendirian. Ia didampingi oleh Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto, Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Muhammad Ali, dan tentu saja Panglima Korps Marinir (Pangkormar) Letjen TNI (Mar) Dr. Endi Supardi yang dikenal tegas tapi hangat. Tak ketinggalan, Komandan Pasmar 1 (Danpasmar 1) Mayjen TNI (Mar) Ili Dasili, S.E., ikut mendampingi jalannya kegiatan dari awal hingga akhir.
Begitu tiba di Cilandak, rombongan langsung disambut dengan apel pasukan Batalyon Tim Pendarat (BTP) Korps Marinir, barisan yang siap tempur, tapi tetap disiplin dengan seragam rapi dan langkah serentak yang khas. Admiral Johnstone bahkan berkesempatan memeriksa langsung kesiapan pasukan dan menyaksikan demonstrasi atraktif dari prajurit Marinir.

Dari atraksi taktis hingga demonstrasi keterampilan menembak, semuanya tersaji seperti pertunjukan ketangkasan yang memperlihatkan disiplin dan kemampuan militer Indonesia yang tidak main-main.
Setelah itu, rombongan menuju Markas Detasemen Jala Mangkara (Denjaka), tempat para prajurit elit memperlihatkan kemampuan mereka dalam menghadapi aksi teror.
Mulai dari ship boarding, Tembak Tempur Offensive, Terjun Tempur, sampai simulasi operasi khusus yang penuh adrenalin, semua berlangsung rapi dan presisi, seperti film aksi tapi versi nyata.

Usai kegiatan, Danpasmar 1 Mayjen TNI (Mar) Ili Dasili menegaskan bahwa kunjungan Chief of Defence Force Australia bukan sekadar seremoni atau basa-basi diplomatik.
“Kunjungan dari Chief of Defence Force Australia ini adalah untuk mempererat hubungan bilateral antara Indonesia dan Australia, khususnya dalam bidang pertahanan agar selalu mampu menciptakan perdamaian di kawasan, khususnya Indonesia dan Australia,” ujarnya.
Di balik gemuruh aksi pasukan, pesan yang ingin disampaikan sederhana tapi kuat, kekuatan bukan hanya soal senjata dan strategi, tapi juga tentang membangun kepercayaan lintas negara. Karena di era modern, diplomasi pertahanan sering kali dimulai dari jabat tangan yang kokoh, bukan dari dentuman meriam.





