KUTIPAN – Perayaan Imlek bagi masyarakat keturunan Tionghoa tidak hanya meriah dengan hiasan warna-warni dan perayaan tradisional, tetapi juga dengan hidangan khas yang memiliki filosofi dan makna mendalam, salah satunya adalah kue keranjang.
Kue keranjang, yang memiliki rasa manis, tekstur kenyal, dan lengket, menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Imlek. Menurut Kim Hin Jauhari, pemilik kue keranjang Hoki, kue ini tidak hanya sekadar hidangan, tetapi juga mengandung filosofi yang erat dalam kehidupan masyarakat Tionghoa.
Rasa manis yang dihasilkan dari gula diyakini membawa berbagai hal positif seperti rejeki dan hubungan yang lebih baik antara sesama dan anggota keluarga. Sementara teksturnya yang kenyal dan lengket dipercayai meningkatkan hubungan antaranggota keluarga.
Dengan dimensi yang bulat, kue ini juga menjadi simbol keutuhan hubungan antarsesama. Hal ini tercermin dalam tradisi masyarakat Tionghoa yang memesan kue keranjang untuk dibagikan kepada orang-orang di sekitar mereka sebagai bagian dari perayaan Imlek.
Namun, seperti dijelaskan oleh Jauhari, filosofi tersebut hanya berlaku selama perayaan Imlek. Di luar perayaan Imlek, makna filosofis dari kue keranjang tidak berlaku lagi.
Sejarawan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran, Fadly Rahman, menjelaskan bahwa kue keranjang atau Nian Gao memiliki peran penting dalam merekatkan hubungan antara masyarakat Tionghoa dan masyarakat Nusantara.
Kue ini telah hadir sejak abad ke-19 dan memiliki kemiripan dengan hidangan tradisional seperti dodol di masyarakat suku Jawa dan Betawi.
Asal-usul kue keranjang juga diceritakan dalam legenda Tionghoa yang mengaitkannya dengan Dewa Dapur. Kue ini dianggap sebagai sesembahan untuk dewa-dewa yang diyakini berada di setiap rumah, sebagai perlambang keberuntungan dan hubungan yang erat dalam keluarga.
Dalam catatan sejarah kuliner Indonesia, kue keranjang juga dianggap sebagai simbol keharmonisan antara masyarakat Tionghoa dan masyarakat Nusantara. Kehadirannya turut memperkaya keragaman kuliner Indonesia dengan adopsi berbagai hidangan Tionghoa yang kemudian menjadi bagian dari makanan sehari-hari di Indonesia.
Sebagai bagian dari perayaan Imlek, kue keranjang tidak hanya menjadi hidangan lezat, tetapi juga mengandung makna dan filosofi yang dalam bagi masyarakat Tionghoa, memperkaya tradisi dan budaya yang turun-temurun diwariskan dari generasi ke generasi.