
KUTIPAN – Kalau biasanya ngopi itu aktivitas biar mata melek, di Singkep Barat, ngopi bareng Kapolres bisa bikin pikiran melek. Serius. Ini bukan sekadar kopi saset, tapi kopi yang diseduh bareng harapan-harapan soal keamanan, budaya, dan ketentraman hidup yang kadang lebih susah dicari ketimbang sinyal di pelosok.
Rabu, 23 April 2025, suasana di Singkep Barat mendadak terasa lebih akrab dari biasanya. Bukan karena ada undangan nikahan atau pesta panen, tapi karena ada acara Coffee Morning bertema “Temu Ramah Bersama Tokoh Masyarakat dan Pemuda Kecamatan Singkep Barat”. Judulnya mungkin kedengeran kayak seminar SKPD, tapi isinya lebih hangat dari teh tarik pagi-pagi.
Kapolres Lingga, AKBP Pahala Martua Nababan, SH., S.I.K., M.H., datang untuk kunjungan perdana, tapi vibes-nya kayak orang lama yang udah sering main ke rumah tetangga. Nggak kaku, malah santai, dan yang paling penting: ngajak ngobrol, bukan ngajak sidak.
Acara ini juga nggak eksklusif buat yang berseragam atau berdasi. Hadir pula para Pejabat Utama Polres, Camat, tokoh agama, tokoh masyarakat, sampai pemuda-pemudi dari berbagai desa. Lengkap. Tinggal bawa tape uli biar makin sah.
Tentu, sebagai Kapolres yang tahu cara membangun komunikasi dua arah (bukan dua arah tanpa kepastian ya), AKBP Pahala dengan penuh semangat bilang:
“Mari kita bersama-sama menjaga Negeri Bunda Tanah Melayu ini agar tetap aman, damai, dan terhindar dari segala hal yang dapat merusak kedamaian,” katanya, kayak ngajak gotong-royong, tapi versinya buat jaga kamtibmas.
Logikanya jelas. Kalau keamanan hanya diserahkan ke polisi, ya hasilnya kayak nyapu rumah sendirian: capek sendiri, yang lain cuma lewat-lewat. Tapi kalau rame-rame, paling nggak, maling mikir dua kali sebelum nyolong sandal.

Yang menarik, sesi dialognya bukan formalitas. Bukan juga tempat orang-orang pakai mikrofon terus curhat kayak peserta lomba pidato. Warga dan pemuda diajak ngomong beneran. Tentang isu lokal, keamanan, bahkan soal budaya.
Nah, bagian budaya ini yang jadi highlight ala-ala TED Talk versi Melayu.
“Melayu adalah suku bangsa yang besar, ramah, dan selalu mengedepankan persatuan. Ini tercermin dalam rendahnya tingkat kriminalitas di wilayah kita.” kata Kapolres Lingga.
Bayangkan. Ketika banyak daerah sibuk debat angka kriminalitas, di Lingga justru dijadikan bukti bahwa budaya bisa jadi sistem keamanan pasif. Kearifan lokal dijadikan “alarm sosial”, bukan cuma dipajang waktu 17-an atau pelantikan lurah.
Anehnya (atau mungkin justru warasnya), di tengah tren acara formal yang isinya cuma selfie dan makan siang, Coffee Morning ini kayak oase. Apalagi saat AKBP Pahala bilang:
“Dengan menjaga dan merawat kearifan lokal, kita akan menciptakan Singkep Barat dan seluruh wilayah Lingga sebagai tempat yang aman, nyaman, dan damai untuk dihuni.”
Bahasanya adem, kayak ucapan bapak-bapak waktu nyuruh anaknya jaga kampung pas Lebaran. Tapi pesannya nyampe: jangan cuma ngomong budaya, tapi rawat juga. Jangan kayak tanaman di teras rumah: disayang cuma waktu disiram orang lain.
Temu ramah ini secara tidak langsung juga jadi reminder: menjaga daerah itu bukan cuma kerja aparat. Masyarakat juga punya peran. Ibarat tenda, kalau cuma tiang tengah yang kokoh tapi talinya copot semua, ya rubuh juga. Harmoni itu kerja kolektif.
Jadi, acara ini bukan cuma tentang kopi dan salam-salaman. Tapi tentang bagaimana rasa percaya dibangun lewat obrolan santai, bukan lewat razia tengah malam. Tentang bagaimana tokoh masyarakat dan pemuda jadi bagian dari solusi, bukan sekadar objek himbauan.
Mungkin, kalau acara kayak gini diperbanyak, bisa jadi yang bikin tenang masyarakat itu bukan cuma CCTV, tapi juga kehadiran polisi yang bisa diajak ngopi tanpa deg-degan.
Dan mungkin—sekali lagi mungkin—kalau lebih banyak Kapolres kayak AKBP Pahala, anak-anak muda bakal lebih sering update status soal budaya dan keamanan daripada war TikTok antar geng motor.
Karena ternyata, damai itu bisa dimulai dari secangkir kopi dan sejumput logika.
Laporan: Yuanda Editor: Fikri Tulisan ini masuk dalam rubrik Suara/Kabar Kutipan kiriman laporan wartawan/rilis yang telah dipoles dengan gaya media kutipan biar ga kaku kayak kanebo kering. Kalau mau kirim tulisan bisa kirim ke penuliskutipandotco@gmail.com