
KUTIPAN – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) lewat Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) baru-baru ini mengadakan pelatihan menembak. Bukan untuk gaya-gayaan atau sekadar konten media sosial ala hobies airsoft, tapi untuk meningkatkan kemampuan teknis aparat yang sehari-hari berjibaku menjaga laut negeri dari pencurian ikan dan pelanggaran lainnya.
Pelatihan ini diikuti oleh 160 peserta yang terdiri dari Awak Kapal Negara (AKN), Pengawas Perikanan, dan Polisi Khusus Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (PWP3K). Fokusnya jelas, mengasah keterampilan menggunakan senjata api, baik pistol maupun senapan. Karena di lapangan, ancaman itu nyata—bukan sebatas teori di ruang rapat.
“Jajaran PSDKP sebagai penegak hukum diberikan kewenangan oleh negara untuk menggunakan senjata api saat melaksanakan tugas di lapangan. Kewenangan ini sangat istimewa karena tidak dimiliki oleh unit kerja lain di KKP,” jelas Direktur Jenderal PSDKP, Pung Nugroho Saksono (Ipunk), saat membuka kegiatan di Satuan Brimob Polda Kepri, Kota Batam, Rabu (6/11/2025).
Mengingat tugas mereka yang kerap berhadapan langsung dengan kapal pelanggar di laut terbuka, kemampuan menembak tidak bisa hanya sekali belajar lalu selesai. Perlu latihan berkelanjutan, bahkan penyegaran rutin agar penggunaannya tetap tepat, terukur, dan sesuai tujuan.
“Penggunaan senjata di lapangan tidak boleh sembarangan. Ada SOP dan aturan yang ketat yang benar-benar harus dipatuhi,” tegas Ipunk.
Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 yang memberikan kewenangan kepada aparat PSDKP dalam pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan.
Di tengah kegiatan, terdapat filosofi menarik yang ikut disampaikan. Menembak itu bukan sekadar menarik pelatuk—ada fokus, ketenangan, dan ketepatan sasaran yang harus dijaga.
“Pelajaran penting dalam menembak adalah ketenangan, konsentrasi, disiplin, dan pengendalian diri. Nilai-nilai itu yang harus dimiliki oleh setiap petarung PSDKP,” lanjutnya.
Pelatihan ini sekaligus menjadi ruang untuk memperkuat solidaritas korps. Sebab menjaga laut bukan kerja satu orang, tapi kerja kolektif yang membutuhkan kekompakan. Semangatnya sederhana, kemampuan meningkat, jiwa korsa terbangun, laut Indonesia tetap berjaya.
“Diharapkan, para peserta mampu mengimplementasikan keterampilan dan nilai-nilai yang diperoleh dalam setiap pelaksanaan tugas di laut, demi menjaga kedaulatan sumber daya kelautan dan perikanan Indonesia,” pungkas Ipunk.





