Di tengah gemerlap budaya kuliner Indonesia, Kepurun, makanan khas dari Kabupaten Lingga, menjadi saksi bisu dari sejarah panjang dan kearifan lokal. Terbuat dari sagu dan diberi bumbu berkuah, Kepurun bukan sekadar hidangan, tetapi juga warisan berharga yang terus dijaga dan dinikmati oleh masyarakat sejak zaman Kesultanan Riau-Lingga di Daik.
Tradisi di Tengah Panasnya Siang:
Kepurun bukan hanya sekadar sajian lezat, tetapi juga teman setia di tengah teriknya siang hari. Sejak zaman dulu, masyarakat setempat telah mengenal dan menyukai Kepurun, terutama saat matahari mencapai puncaknya. Hidangan bercitarasa dominan pedas dan asam ini menjadi pilihan utama untuk menghadapi cuaca yang panas.
“Biasanya kalau makan kepurun itu emang disiang hari, buatnya ramai-ramai dan makannya pun ramai, pedasnya sama-sama,” kata Magdalena warga Dabo Singkep, Kabupaten Lingga sembari menyantap kempurun bersama teman-temannya kepada kutipandotco, Minggu (26/11/2023) siang.
Obat Tradisional yang Menggoda Lidah:
Selain menjadi santapan lezat, Kepurun juga diyakini oleh sebagian penikmatnya sebagai obat penawar tradisional. Dipercaya dapat meningkatkan selera makan, bahkan mengatasi demam. Dengan cita rasa pedas yang menggetarkan lidah, masyarakat setempat menjadikan Kepurun sebagai solusi yang lezat dan menyehatkan untuk mengeluarkan keringat akibat cita rasa pedas ketika disantap saat siang hari.
“Kalau demam atau baru mau sembuh demam itu paling mantap makan kepurun, dijamin peluh (keringat) berceceran dan sesudah itu jadi selera makan,” kata Zubaidah.
Bahan-bahan Ajaib:
Berbagai bahan alami menjadi bagian tak terpisahkan dari proses pembuatan Kepurun. Mulai dari sagu bersih yang dikocok hingga kenyal seperti lem cair, hingga bumbu-bumbu seperti ikan bilis (teri), cabe dan buah asam-asaman seperti belimbing buluh, buah mempelam dan buah-buah yang bersifat masam lainnya. Semuanya berkolaborasi menciptakan harmoni cita rasa yang unik dan istimewa.
“Bahan-bahannya itu, sagu, ikan bilis, buah-buah yang asam dan lada (cabe), garam dan sedikit penyedap rasa,” kata dia.
Proses Pembuatan Butuh Keterampilan:
Pembuatan Kepurun termasuk membutuhkan sentuhan keterampilan khusus, sebab jika tidak terampil tentu rasanya akan tidak harmonis antara asam, pedas dan kekentalan sagu yang menjadi objek utama pada kuliner bernama Kepurun ini.
Sagu dikocok dengan hati-hati hingga mencapai konsistensi yang sempurna. Sementara itu, bumbu-bumbu dilumati dengan cermat untuk menciptakan kuah yang berlimpah rasa.
“Ketika sagu sudah masak (matang) diletakkan di dalam pinggan, kemudian disiram dengan kuah bumbu yang kita tumbuk tadi,” ungkap Magdalena.
Nikmatnya Kepurun dalam Kebersamaan:
Kepurun bukan hanya hidangan untuk kalangan tertentu akan tetapi Kepurun dapat mempersatukan generasi. Baik kaula muda maupun yang lebih tua, semua dapat menikmati kelezatan Kepurun. Dalam setiap suapan, terasa kehangatan tradisi dan kebersamaan yang melekat pada setiap hidangan.
“Dengan kepurun lintas genarasi tua muda laki-laki perempuan jadi satu, sebab makan kepurun tak enak sendiri,” katanya.
Kepurun Simbol Kekayaan Kuliner Lingga:
Sebagai makanan khas yang tetap eksis hingga saat ini, Kepurun bukan hanya menjadi kebanggaan Daik Lingga, tetapi juga menjadi simbol kekayaan kuliner Indonesia. Dalam setiap suapan, Kepurun membawa cita rasa dan sejarah yang tak terlupakan hingga saat ini.(Fik)