
KUTIPAN – Di Kepulauan Riau, perayaan budaya sepertinya tidak pernah dikerjakan setengah-setengah. Kalau sudah bilang mau merayakan budaya Melayu, maka yang disuguhkan bukan sekadar panggung kecil di alun-alun. Tahun 2025, Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau lewat Dinas Pariwisata kembali menggelar sebuah helatan yang ambisius dan penuh rasa percaya diri: Kepri Art & Culture International (KACI) 2025, yang berlangsung 25–29 November 2025.
Tahun ini, KACI membawa tema “Spirit of Malay”. Tema yang sederhana, tapi sarat pernyataan: Melayu itu bukan kenangan. Ia hidup, tumbuh, dan terus bersuara. Dan melalui gelaran ini, Kepulauan Riau ingin bicara kepada dunia Melayu, bahkan kepada kawasan Asia Tenggara, bahwa warisan budaya itu bukan hanya untuk dikenang, tapi dirayakan. Slogan klasik “Takkan Melayu Hilang di Bumi” tampaknya bukan sekadar kalimat klise, melainkan tesis resmi kegiatan ini.
Perhelatan ini bakal memadukan banyak bentuk ekspresi budaya. Ada Wali Band yang siap mengguncang panggung, ada parade Serumpun yang gemerlap, hingga peluncuran animasi Gurindam 12 yang membawa sosok Raja Ali Haji ke panggung era digital. Tradisi lama bertemu teknologi, sebuah kawin silang yang jika ditangani tepat, bisa jadi suguhan yang indah.
Pesta Pembukaan: Parade di Kota Tepi Laut
Opening ceremony dimulai 25 November 2025 pukul 18.15 WIB, mengambil rute yang tak kalah historis di Tanjungpinang. Iringan budaya bergerak dari Gedung Daerah menuju Taman Gurindam 12, lewat Gedung Dekranasda, dan berujung di Gedung LAM.
Parade ini bukan sekadar arak-arakan meriah, tapi katalog hidup warisan Melayu dan Nusantara: zapin, makyong, gubang, bunga telur, bunga manggar. Lalu berbaur dengan keberagaman budaya Indonesia seperti reog, kuda lumping, sanggar tari daerah, hingga komunitas sepeda onthel dan motor klasik. China pun hadir lewat barongsai, liong naga, dan chongsam. Keragaman itu luwes, hidup berdampingan tanpa perlu debat definisi identitas.
Dan tentu saja, Wali Band akan membuka panggung utama dengan pertunjukan yang diracik bersama tari kolosal.
Di saat yang sama, Gubernur Kepri Ansar Ahmad akan meluncurkan Calendar of Events (COE) Pariwisata Kepri 2026, serta menayangkan perdana Film Animasi Gurindam 12, hasil kolaborasi dengan PT Kinema Systrans Multimedia dan Infinite Studio Nongsa Batam.
“Ini adalah semangat melestarikan budaya melalui sentuhan teknologi modern yang mengundang optimisme,” ujar Hasan, Kepala Dinas Pariwisata Kepri, Senin (10/11/2025).
Panggung Lintas Negara dan Bintang Lokal
26–29 November 2025, Gedung LAM akan menjadi pusat pertunjukan seni lintas negara. Ada tari kreasi dari Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, hingga Thailand. KACI seakan ingin menegaskan bahwa Kepri bukan hanya halaman depan Indonesia, tapi simpul budaya Melayu Asia Tenggara.
Pada 28 November, panggung akan diisi penampilan Diva Aurel Tabola Bale, sementara penutupan pada 29 November akan menjadi ruang penampilan Al Hafzh.
Ambisi Budaya dan Citra Daerah
Menurut Hasan, ada tujuan besar di balik ini.
“Kami optimis gelaran perdana ini akan mendongkrak citra Kepri di mata dunia,” tegas Hasan.
Harapannya sederhana tapi serius: generasi muda tidak hanya tahu budaya Melayu dari buku, tapi juga menghayatinya, mengulanginya, dan membawanya sebagai identitas bangga.
“Inilah saatnya Kepri berkibar sebagai destinasi wisata budaya utama di Asia Tenggara,” kata Hasan lagi.
KACI bukan sekadar tontonan. Ia sedang menjadi penanda arah – bahwa budaya tak cukup hanya dikenang dan difoto, tapi harus diperjuangkan, dirawat, dan dipentaskan dengan gagah.





