
KUTIPAN – Kalau dengar istilah “Kelurahan Cantik”, kesannya mungkin kayak lomba taman kelurahan atau penghargaan RW paling estetik se-kecamatan. Padahal, “Cantik” di sini bukan singkatan dari “cakep dan menarik”, tapi dari “Cinta Statistik”. Dan ini bukan isapan jempol. BPS Kota Tanjungpinang benar-benar serius membina kelurahan supaya nggak buta data.
Kamis, 8 Mei 2025 lalu, Aula BPS Tanjungpinang kedatangan tamu-tamu penting. Ada perwakilan OPD, Diskominfo, camat, hingga lurah, semua ngumpul untuk satu tujuan: mengangkat derajat data di level akar rumput. Pembinaan Kelurahan Cantik ini memang agenda tahunan, dan tahun depan giliran Kelurahan Tanjung Ayun Sakti, Kecamatan Bukit Bestari yang disulap jadi pionir statistik.
Tapi perjalanan menuju kelurahan ideal ini bukan hal baru. Kepala BPS Tanjungpinang, Yulia Tri Mardani, menyebut bahwa sejak 2021, sudah ada beberapa kelurahan yang jadi “anak emas” statistik.
Mulai dari Kampung Bulang yang sukses tembus 15 besar Desa Cantik se-Indonesia, sampai Tanjungpinang Kota yang masuk nominasi award tahun 2022. Konsistensi ini bukan sekadar program pelengkap laporan tahunan, tapi usaha membangun budaya data dari bawah.
“Pada Tahun 2021, Kelurahan Kampung Bulang berhasil menjadi salah satu dari 15 Desa Cantik di Indonesia, sedangkan pada tahun 2022 Kelurahan Tanjungpinang Kota berhasil menjadi salah satu dari 25 Desa/Kelurahan kandidat penerima Award Desa Cantik”, jelas Yulia.
Mengapa ini penting? Karena sering kali keputusan pembangunan diambil tanpa dasar data yang akurat. Banyak program kebijakan berakhir nanggung, atau malah nggak nyambung dengan realitas warga. Padahal, solusi dimulai dari angka.
Asisten II Perekonomian dan Pembangunan, Elfiani Sandri, juga mengamini hal itu. Menurutnya, keberhasilan program ini harus jadi kerja tim. Semua pihak—OPD, kelurahan, hingga camat—harus sevisi: bahwa data bukan cuma urusan BPS.
“Keberhasilan pelaksanaan kegiatan tentunya tak terlepas dari dukungan, kolaborasi, dan juga komitmen kuat dari semua pihak yang terlibat untuk mewujudkan Tanjungpinang sebagai Kota Cinta Statistik”, ujar Sandri.
Namun, tantangan di lapangan juga nyata. Ririn Noviana dari Diskominfo Tanjungpinang buka suara soal betapa peliknya mengelola data di tingkat kelurahan. Di atas kertas, kelurahan memang seharusnya punya data lengkap dan siap pakai. Tapi nyatanya? Masih banyak SDM yang belum siap mengolah data jadi informasi yang bermakna.
“Data statistik yang dikumpulkan di tingkat desa/kelurahan seharusnya dapat dikelola dan dimanfaatkan oleh pemerintah desa/kelurahan itu sendiri. Akan tetapi, kenyataan di lapangan masih terdapat kekurangan dalam pelaksanaannya dikarenakan masih minimnya sumber daya manusia yang mampu mengolah data menjadi sumber informasi,” ujar Ririn.
Itulah sebabnya BPS hadir bukan cuma untuk kumpul data, tapi juga mendidik. Lewat program ini, diharapkan muncul agen-agen statistik dari kelurahan. Mereka bukan hanya jago input angka, tapi juga tahu gimana menyulap angka jadi arah pembangunan.
“Diharapkan melalui pelaksanaan Pembinaan Kelurahan Cinta Statistik… data-data yang dihasilkan oleh kelurahan merupakan data yang berkualitas yang dapat digunakan sebagai dasar dalam menyusun perencanaan pembangunan daerah,” pungkas Ririn.
Dengan begini, harapannya Tanjungpinang nggak cuma dikenal karena pantainya, tapi juga karena datanya yang waras dan membumi. Karena kota yang cinta statistik, bisa jadi kota yang lebih masuk akal.
Editor: Fikri Laporan ini merupakan rilis/laporan wartawan yang telah dikemas ulang dengan gaya penulisan Kutipan.