
KUTIPAN – Di antara laut yang membelah pulau, jalan tetap jadi nadi yang menyambung hidup. Dan bagi Gubernur Kepulauan Riau, H. Ansar Ahmad, jalan bukan sekadar aspal, tapi janji—dan tentu, urusan serius yang harus dibawa sampai ke meja pusat.
Senin kemarin (5/5), di Gedung LAM Kepri, Tanjungpinang, Gubernur Ansar tak sekadar menggelar rapat koordinasi biasa. Itu semacam rapat akbar: pasukan teknis dari pusat dan daerah hadir semua. Ada Kepala Balai Wilayah Sungai Sumatera IV Batam, Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah Kepri, Balai Jalan Nasional, hingga Dinas PUPP Kepri dan Tanjungpinang. Temanya juga serius: Pelaksanaan Pekerjaan dari Dana APBN dan Inpres untuk tahun 2025–2026.
Dan dari meja pimpinan, Gubernur bicara lantang, “Salah satu prioritas kita adalah pembangunan lanjutan Jalan Nusantara di Kijang.”
Kalimatnya mengalir seperti gelombang Selat Kepulauan Riau—tenang tapi menabrak. Di balik suara itu, ada kegigihan khas pemimpin daerah yang tahu persis: pembangunan tak jatuh dari langit. Harus dijemput. Kadang pakai proposal, kadang pakai lobi. Bahkan, kalau perlu, jemput bola ke kementerian langsung.
“Saya minta Kadis PU segera duduk bersama dengan kepala-kepala balai. Kita temui langsung Dirjen dan Menteri. Ini harus kita kejar bersama,” katanya.
Itu bukan sekadar omong. Ada strategi. Jalan Nusantara di Kijang bukan satu-satunya. Ada juga Jalan Lintas Barat di Bintan—yang sudah diadvokasi langsung oleh Bupati ke Menteri PUPR. Targetnya, pelebaran dua meter kiri-kanan.
Tak hanya bicara jalan besar di pulau utama, Gubernur juga menyebut Natuna dan Anambas. Ruas Kuala Maras – Letung, misalnya, jadi prioritas berlanjut. Wilayah perbatasan bukan anak tiri. Justru di sanalah wajah negara pertama kali dilihat.
Ada semacam benang merah yang bisa diraba: bahwa pembangunan tidak sekadar fisik. Gubernur Ansar menyinggung soal konektivitas, event internasional, dan akses RoRo. Di situlah APBN dan Inpres jadi senjata strategis. Tapi senjata butuh amunisi: dokumen lengkap, data akurat, narasi kuat.
“Pembangunan bukan semata soal fisik, tapi juga konektivitas dan daya saing wilayah. Maka kita harus tangkap semua peluang yang ada,” ujar Gubernur.
Seperti biasa, kalimat penutup yang sederhana itu justru jadi yang paling bernas. Karena pada akhirnya, jalan-jalan itu bukan tentang kendaraan yang melaju saja, tapi tentang bagaimana warga daerah merasa didatangi—bukan ditinggalkan.
Disclaimer: Laporan ini merupakan rilis/laporan wartawan yang telah dikemas ulang dengan gaya penulisan Kutipan.