KUTIPAN – Menyambut bulan suci Ramadan, masyarakat Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), mempertahankan tradisi tahunan bernama Haul Jamak. Tradisi ini digelar pada bulan Islam Syaban, sebelum memasuki bulan Ramadan.
Haul Jamak, yang saat ini kembali dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Lingga melalui Dinas Kebudayaan, merupakan salah satu Warisan Budaya Tak Benda (WBTB). Tradisi ini memiliki makna mendalam, yaitu mempererat hubungan silaturahmi sesama umat dan memohon keridaan Allah dengan melaksanakan doa bersama.
“Hari ini Dinas Kebudayaan Kabupaten Lingga mengawali kegiatan ini dan nantinya dilanjutkan oleh masyarakat, semalam juga sudah ada yang melaksanakannya. Dan siang nanti dilaksanakan di Masjid Kampung Putus,” kata Azmi Kepala Dinas Kebudayaan Lingga, di Balairung Sri Replika Istana Damnah, Daik, Selasa (20/2/2024).
Tradisi Haul Jamak biasanya digelar di masjid, surau-surau, dan rumah-rumah. Pelaksanaannya berbentuk tahlil dan doa secara bersama-sama untuk guru, ulama, pemimpin, orangtua, keluarga, dan sahabat yang telah meninggal dunia.
Azmi, menjelaskan bahwa Lingga memiliki sejarah sebagai Bunda Tanah Melayu yang pernah menjadi pusat kerajaan Riau-Lingga. Oleh karena itu, pembinaan adat istiadat, budaya, dan agama Islam menjadi fokus utama.
“Haul Jamak yakni haul yang dalam bahasa Arab berati Kenduri, perayaan, memperingati. Sedangkan jamak bersama-sama,” kata Azmi.
Tradisi Haul Jamak menjadi bagian dari kekayaan budaya masyarakat Lingga yang menghargai agama Islam. Meskipun tidak wajib dalam adat, tradisi ini tetap lestari dan menjadi rutinitas masyarakat.
Haul Jamak juga ditutup dengan makan bersama dalam Talam Hidang yang dilapisi dengan kain warna-warni, mempererat hubungan silaturahmi.
Pemerintah Kabupaten Lingga terus melestarikan tradisi Haul Jamak dalam menyambut bulan Ramadan.