KUTIPAN – Gunung Api Iya, yang terletak di Kecamatan Ende Selatan, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur, telah menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanik sejak 1 Oktober 2024. Menyikapi hal ini, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan mempersiapkan rencana kontijensi guna menghadapi kemungkinan terburuk jika terjadi erupsi. “Kami harap masyarakat tetap waspada. Untuk Pemerintah Kabupaten Ende, saya harap dapat belajar dari Lewotobi Laki-Laki. Segala hal yang berkaitan dengan keselamatan masyarakat harus menjadi prioritas, karena itu adalah hukum tertinggi,” kata Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto dalam keterangan tertulisnya pada Sabtu, 9 November 2024.
Status Gunung Api Iya dinaikkan menjadi Siaga (Level III) pada 4 November 2024, setelah aktivitas vulkanik yang semakin intensif. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat berbagai jenis gempa, termasuk 28 kali gempa tremor harmonik, 77 kali gempa tremor non harmonik, serta sejumlah gempa vulkanik yang menunjukkan adanya peningkatan tekanan magma di bawah permukaan.
Gunung Api Iya, yang terletak sekitar 233 kilometer barat daya dari Gunung Lewotobi Laki-Laki, yang saat ini berstatus Awas (Level IV), tidak memiliki hubungan langsung dengan gunung api tersebut. Meski demikian, BNPB tetap mengimbau masyarakat dan pemerintah Kabupaten Ende untuk memanfaatkan pengalaman dari erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki sebagai bahan pembelajaran.
“Segala hal yang berkaitan dengan keselamatan masyarakat harus menjadi prioritas,” tegas Suharyanto.
Pada erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki yang terjadi beberapa waktu lalu, 9 orang tewas, 31 orang terluka berat, dan 32 lainnya mendapatkan perawatan intensif. Sebanyak 10.777 jiwa juga harus mengungsi ke berbagai lokasi yang lebih aman. Berdasarkan rekomendasi dari PVMBG, kawasan rawan bencana (KRB) di sekitar gunung api tersebut telah diperluas hingga sembilan kilometer dari kawah utama.
Untuk Gunung Api Iya, PVMBG juga menegaskan agar masyarakat tidak beraktivitas di sekitar puncak dalam radius dua kilometer dari kawah aktif, guna menghindari bahaya dari abu vulkanik, lontaran batu pijar, dan potensi erupsi magmatik.
Fenomena terkait aktivitas vulkanik juga menunjukkan adanya potensi bahaya yang besar, seperti di Desa Klatanlo, yang ditemukan sebuah lubang akibat lontaran batu vulkanik dari Gunung Lewotobi Laki-Laki. Hal ini menegaskan pentingnya pengosongan kawasan dalam KRB untuk mencegah dampak lebih lanjut.
Sebagai upaya mitigasi, Pemerintah Kabupaten Ende melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) telah menyiapkan rencana kontijensi, termasuk langkah-langkah darurat jika erupsi terjadi. BPBD juga telah memberi imbauan kepada masyarakat untuk tetap tenang dan waspada terhadap potensi bahaya.
Pemerintah Kabupaten Ende telah menyiapkan skenario pengungsian untuk lima kelurahan di wilayah Kecamatan Ende Selatan, yakni Tanjung, Arubara, Tetandara, Rukun Lima, dan Paupanda. Warga, pengunjung, dan wisatawan diimbau untuk menjauhi kawasan puncak dalam radius dua kilometer dari kawah aktif.
Gunung Api Iya sendiri memiliki riwayat erupsi yang panjang, dengan letusan yang tercatat sejak 1671 hingga 1969. Meskipun pola letusannya tidak dapat diprediksi dengan pasti, potensi erupsi tetap ada. Pemkab Ende bersama BNPB terus mengawasi perkembangan aktivitas vulkanik dan berkomitmen untuk menjaga keselamatan masyarakat dengan langkah-langkah mitigasi yang tepat.