
KUTIPAN – Ada yang bilang, kalau mau bikin destinasi wisata itu seperti bikin feed Instagram, semua harus nyambung, komposisinya rapi, dan nggak ada yang nyeleneh sendiri. Nah, Pulau Penyengat sepertinya bakal menerapkan prinsip ini. Bukan cuma demi foto yang estetik di kamera wisatawan, tapi juga demi menjaga ruh sejarahnya.
Bayangkan jalan-jalan di gang kecil Pulau Penyengat, lalu setiap rumah punya cat yang senada, ada ornamen khas Melayu di dinding, dan bahkan mushola sampai puskesmas pun tampil modis ala nuansa budaya. Nggak ada lagi pemandangan rumah warna hijau neon di sebelah rumah oranye cabe rawit yang bikin mata kaget. Semua harmonis, seragam, tapi tetap punya ciri khas.
Gubernur Kepri, Ansar Ahmad sudah mantap bilang, pelan-pelan semua bangunan di sana akan diubah. “Ini penting untuk menjaga kekhasan pulau sejarah kita sekaligus menarik minat wisatawan,” ujarnya.
Program ini sudah berjalan sejak 2022, dan sekarang masuk tahap ketiga. Jadi, siap-siap saja, Pulau Penyengat sebentar lagi bakal tampil seperti halaman majalah pariwisata.
Apa Sih Rencana Besarnya?
Kalau selama ini Pulau Penyengat terkenal dengan sejarah dan bangunan ikonik seperti Masjid Sultan Riau, ke depan pulau ini mau “all out” dalam urusan visual. Penataan yang dilakukan Pemerintah Provinsi Kepri bersama Kementerian PUPR nggak cuma sekadar tambal-sulam. Ada pembangunan plaza penyambut biar tamu langsung dapat “first impression” yang ciamik, penataan halaman Balai Adat biar makin gagah, plus ruang cerita dan galeri seni alias storytelling & artworks.
Nggak ketinggalan, jalan lingkungan juga bakal dirombak habis. “Insya Allah semua tuntas tahun ini. Saya akan mengawasi langsung prosesnya, dan jika ada kendala, kita dudukkan bersama,” kata Gubernur Ansar.
Kenapa Semua Bangunan Harus Bernuansa Budaya?
Tujuannya jelas: bikin pengalaman wisata yang total. Kalau rumah warga, fasilitas umum, sampai balai adat nyambung konsepnya, turis bakal merasa seperti masuk ke setting film sejarah, bukan sekadar mampir ke kampung biasa.

“Kalau semua bangunan seragam nuansanya, wisatawan akan mendapatkan pengalaman visual yang khas dan berbeda. Ini juga bisa menumbuhkan kebanggaan masyarakat terhadap lingkungannya,” tambah Ansar.
Rencananya, rumah-rumah warga akan dicat warna khas dan diberi ornamen yang selaras. Bukan sekadar mempercantik, tapi juga menegaskan identitas Pulau Penyengat sebagai ikon budaya Melayu di Kepri.
Sampai Mana Prosesnya Sekarang?
Proyek ini sudah jalan sejak 2022. Tahun ini masuk tahap 3 yang lumayan ambisius. Total enam ruas jalan sepanjang 2 km akan dikerjakan oleh Kementerian PUPR. Targetnya, semua rampung sebelum 2025 berakhir.
Selain infrastruktur, sentuhan seni juga jadi fokus. Lanskap akan dipoles, cerita-cerita sejarah akan divisualkan, dan pengunjung akan punya lebih banyak spot foto yang bukan sekadar cantik, tapi juga bercerita.
Kalau semua selesai, Pulau Penyengat bukan cuma jadi destinasi sejarah, tapi juga jadi tempat di mana orang mungkin bakal lebih lama mikirin angle foto daripada menghafal tahun berdirinya bangunan. Ya, begitulah pariwisata masa kini—antara edukasi dan estetika, kadang yang terakhir lebih cepat viral.