
KUTIPAN – Di tengah krisis tenaga medis yang makin terasa di pelosok Indonesia, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) mulai pasang kuda-kuda. Gubernur Ansar Ahmad baru saja mengumumkan rencana peluncuran program beasiswa pendidikan dokter spesialis yang akan mulai berjalan pada 2026 mendatang. Skemanya: kolaborasi antara Pemerintah Provinsi Kepri dan pemerintah kabupaten/kota di seluruh wilayah Kepri.
“Pemenuhan kebutuhan dokter spesialis di Provinsi Kepri sangat mendesak. Masyarakat kita membutuhkan akses kesehatan yang memadai dan berkualitas. Dengan program ini, kami berharap dapat mencetak tenaga medis yang handal dan siap melayani masyarakat,” kata Gubernur Ansar saat rapat koordinasi dengan bupati dan walikota di Gedung Daerah, Tanjungpinang, Kamis (8/5).
Masalahnya, urusan kekurangan dokter spesialis bukan isu baru. Dan bukan perkara gampang juga. Kalau bicara fakta, jadi dokter spesialis itu mahal, lama, dan nggak semua orang tertarik balik ke daerah setelah jadi spesialis. Terutama kalau fasilitasnya nggak mendukung dan insentifnya pas-pasan.
Tapi setidaknya, program ini jadi langkah awal. Pemprov Kepri menyiapkan 39 kuota beasiswa, lalu tiap kabupaten/kota diminta menambah masing-masing 22 kuota. Total, ada 62 calon dokter spesialis yang disiapkan lewat skema budget sharing. Lumayan, walau belum tentu cukup untuk tutup semua lubang kebutuhan medis di daerah kepulauan yang jaraknya lebih dekat ke negara tetangga ketimbang ke pusat.
Rencananya, anggaran beasiswa akan mulai dialokasikan pada tahun 2026. Tapi sebelum itu, Gubernur Ansar minta seluruh daerah segera mendata kebutuhan tenaga spesialis mereka. Data ini jadi penting biar alokasi beasiswa sesuai realita, bukan sekadar angka manis untuk bahan presentasi.
“Kami akan segera mengabarkan program ini kepada Menteri Kesehatan RI untuk mendapatkan dukungan, sehingga kuota beasiswa bisa ditambah dari Kemenkes dan lebih banyak tenaga medis yang bisa dilahirkan untuk memenuhi kebutuhan di Kepri,” lanjutnya.
Dalam narasi besar, program ini juga digandengkan dengan Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC) yang digagas Presiden Prabowo Subianto. PHTC, yang sudah dicoba di Kabupaten Kepulauan Anambas, intinya ingin mempercepat pembangunan layanan dasar seperti kesehatan di daerah tertinggal.
“Program PHTC merupakan bagian dari upaya kita untuk mempercepat peningkatan kualitas layanan kesehatan di daerah. Kami berharap beasiswa ini dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi kekurangan tenaga kesehatan yang memadai di Kepri,” ujar Gubernur Ansar lagi.
Tapi seperti biasa, pertanyaan paling krusial tetap sama: apakah lulusan program ini nanti akan kembali dan bertahan di daerah, atau justru malah “terbang” ke kota-kota besar setelah lulus?
Karena sejarah mencatat, banyak program serupa kandas di tengah jalan. Bukan karena niatnya salah, tapi karena sistem pendukungnya nggak kuat. Maka, langkah Gubernur Ansar ini patut diapresiasi, tapi juga perlu diawasi. Sebab, cetak dokter spesialis bukan cuma urusan kuota dan anggaran, tapi juga urusan keadilan layanan publik, insentif yang manusiawi, dan kepercayaan masyarakat bahwa daerah mereka juga layak dapat dokter terbaik.
Editor: Fikri Laporan ini merupakan rilis/laporan wartawan yang telah dikemas ulang dengan gaya penulisan Kutipan.