
KUTIPAN – Di tengah panas-panasnya Batam siang itu, dentuman gong lima kali terdengar di sebuah hotel megah yang baru saja dibuka. Bukan sembarang hotel, bukan pula hotel yang sekadar numpang lewat di industri perhotelan—ini Grand Mercure, merek hotel internasional yang akhirnya merapat ke Batam Center. Dan yang memukul gongnya? Gubernur Kepri sendiri, Pak Ansar Ahmad, yang terlihat sumringah seolah baru saja membuka pintu gerbang emas pariwisata Kepulauan Riau ke masa depan yang lebih cerah.
Buat sebagian orang, mungkin pembukaan hotel baru terdengar kayak berita biasa. Tapi tunggu dulu—kalau hotel itu Grand Mercure dan berdiri megah di jantung Batam Center, itu sudah jadi urusan yang beda. Apalagi kalau yang meresmikan langsung Gubernur.
Gubernur Ansar Ahmad sendiri menyebut kehadiran Hotel Grand Mercure Batam Center (GMBC) ini sebagai angin segar untuk sektor pariwisata Kepri. Menurutnya, ini bukan cuma hotel, tapi juga simbol kebangkitan ekonomi setelah dihantam pandemi.
“Secara geostrategis, Kepulauan Riau memiliki posisi yang sangat strategis karena berada di dekat Selat Malaka, salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia, serta berbatasan langsung dengan sejumlah negara ASEAN,” katanya dengan yakin.
Kedatangan hotel internasional di wilayah strategis seperti Batam, menurut Gubernur, bisa jadi titik tolak untuk menarik lebih banyak wisatawan, investor, dan tentu saja uang yang berputar.
Nggak cuma bangga-banggaan punya hotel baru, Pemprov Kepri juga punya strategi lain buat menarik lebih banyak wisatawan mancanegara. Salah satunya? Diskon visa!
“Salah satu upaya konkret yang kami lakukan adalah menurunkan biaya Visa on Arrival dari Rp500.000 menjadi Rp250.000 untuk wisatawan dari negara-negara ASEAN,” ujar Gubernur Ansar. Wah, lumayan setengah harga!
Gak sampai di situ, pemerintah provinsi juga udah ngajuin permohonan ke pemerintah pusat supaya diskon visa ini bisa diperluas ke negara-negara lain seperti India, Korea, dan Tiongkok—karena dari sana, wisatawan yang mampir ke Kepri ternyata cukup banyak.
Dengan begini, harapannya bukan cuma hotelnya yang ramai, tapi juga toko-toko oleh-oleh, kuliner lokal, dan objek wisata dari ujung Tanjungpinang sampai Natuna.
Yang paling bikin adem hati dalam acara ini adalah pernyataan dari General Manager GMBC, Pak Samian Rais. Ternyata mereka nggak cuma jual tidur nyenyak dan sarapan mewah, tapi juga berusaha menyatu dengan denyut ekonomi lokal.
“Kami ingin menjadi bagian dari ekosistem ekonomi lokal. Salah satunya, dalam proses pembangunan hotel ini, kami menggunakan bata merah asli produksi Tanjung Piayu,” kata Samian. Sebuah gestur kecil tapi bermakna.
Dengan begini, UMKM lokal bukan hanya jadi penonton di tengah kemewahan, tapi juga jadi bagian dari panggung utama. Dan itu artinya, uang yang berputar nggak cuma berhenti di lobby hotel, tapi mengalir sampai ke kampung tempat bata merah itu dibakar.
Gubernur Ansar jelas nggak main-main soal rencana besarnya. Ia mengajak semua elemen masyarakat, termasuk pelaku usaha, untuk bergerak bersama memajukan perekonomian lewat sektor pariwisata.
Kalau semua pihak bisa bersinergi—dari pemilik hotel, pemerintah, UMKM, hingga warga lokal yang ramah ke turis—bukan nggak mungkin Kepri bisa jadi Bali kedua, atau bahkan lebih.
Karena pariwisata itu bukan cuma soal pantai dan resort. Tapi juga tentang keramahan, akses mudah, harga terjangkau, dan pengalaman yang bikin wisatawan ingin balik lagi.
Dari suara gong yang menggema di Batam Center itu, mungkin memang belum terdengar sampai ke seluruh dunia. Tapi jelas, gaung semangat untuk membangun pariwisata Kepri sudah mulai bergema lagi. Semoga ini bukan sekadar seremoni, tapi benar-benar jadi langkah maju. Karena siapa tahu, liburan impian orang Singapura berikutnya bukan ke Tokyo atau Bangkok, tapi ke Batam—naik ferry, ngopi, terus nginepnya? Ya di Grand Mercure Batam Center.
Untuk informasi beragam lainnya ikuti kami di medsos:
https://www.facebook.com/linggapikiranrakyat/
https://www.facebook.com/kutipan.dotco/
Editor: Fikri Artikel ini merupakan rilis/laporan wartawan yang telah dikemas ulang dengan gaya penulisan Kutipan, tanpa mengurangi substansi informasi.