
Hari-hari ini di Tanjungpinang, ada gerakan pelan tapi pasti untuk bikin kota lebih rapi dan enak dipandang. Tapi bukan lewat jalanan yang tiba-tiba dicat warna-warni, melainkan lewat penertiban gerobak dan lapak PKL yang ditinggalin begitu saja di fasilitas umum.
Selasa (3/6/2025), Satpol PP Kota Tanjungpinang bareng penyidik PPNS turun ke lapangan. Tiga lokasi jadi sasaran utama: Jalan W.R. Supratman, Jalan D.I. Panjaitan, dan Jalan Raya Uban Lama. Tujuannya bukan buat nyusahin pedagang, tapi untuk menegakkan aturan dan menjaga estetika kota yang kadang suka dikorbankan demi kenyamanan sementara.
Menurut Yusri Sabarudin dari PPNS Satpol PP, masih banyak PKL yang setelah selesai jualan, gerobaknya dibiarkan begitu saja. “Sesuai arahan pimpinan dan atensi Wali Kota, PKL diperbolehkan berjualan, namun seluruh barang dagangan dan alat masak harus disimpan setelah selesai berdagang,” katanya.
Masalahnya, lapak-lapak kosong ini bukan cuma jadi penghias jalan, tapi juga merusak tampilan kota. Belum lagi spanduk bekas dan barang nggak terpakai yang nemplok di ruang terbuka hijau. Kalau dibiarkan, lama-lama bisa jadi kota tanpa wajah.
Dari hasil razia itu, satu unit gerobak bubur ayam dan satu warung kelontong yang terbengkalai langsung ditertibkan. Satpol PP juga nempel sembilan stiker larangan di lapak dan gerobak yang melanggar. Lapak-lapak di depan Kedai Makan Wijaya Kusuma juga mulai dibenahi dan bakal dilanjutkan penataannya bareng ketua RT.
Untuk lapak kelontong di depan Lotus, pemiliknya dikasih waktu tiga hari buat beres-beres. Sementara lapak yang sudah lama ditinggalin, dikasih deadline dua minggu setelah stiker larangan dipasang. Yang males gerak? Siap-siap gerobaknya dibawa ke kantor Satpol PP, kayak si bubur ayam tadi.
Kepala Satpol PP, Abdul Kadir Ibrahim—akrab disapa Akib—nggak main-main soal ini. Beliau bilang penertiban ini bukan cuma soal peraturan, tapi soal tanggung jawab sosial.
“Dengan visi Bima Sakti, di situ bumi dipijak, di situ langit dijunjung, kita harus menjaga dan merawat tempat kita tinggal,” ucap Akib, mengutip falsafah yang dalam banget.
Akib juga bilang, selama razia, ada juga suara-suara miring, termasuk dari “orang besar”. Tapi semuanya dijelasin baik-baik. “Yang terpenting, kita tetap berjalan dengan cara yang santun, humanis, dan berbudaya,” katanya. Karena tujuan akhirnya jelas: Tanjungpinang yang rapi, tertib, dan membanggakan.
Soal ekonomi rakyat, Satpol PP nggak tutup mata. PKL tetap boleh jualan, karena itu bagian dari denyut hidup kota. Tapi jangan sampai dagangannya bikin kota jadi kelihatan kumuh. Harus ada keseimbangan antara nafkah dan tata ruang.
“Kota ini harus kita jaga bersama agar tetap rapi, bersih, dan tertib. Itulah semangat berbenah yang terus kami dorong,” lanjut Akib.
Beliau juga mengapresiasi semua pihak yang sudah ikut jaga ketertiban. Karena memang, kota yang nyaman itu bukan hasil kerja satu dinas aja, tapi hasil gotong royong semua warga.***
Untuk informasi beragam lainnya ikuti kami di medsos:
🔗 https://www.facebook.com/linggapikiranrakyat/
🔗 https://www.facebook.com/kutipan.dotco/
Editor: Fikri Artikel ini merupakan rilis/laporan wartawan yang telah dikemas ulang dengan gaya penulisan Kutipan, tanpa mengurangi substansi informasi.