
KUTIPAN – Menjelang Hari Raya Iduladha, biasanya yang naik bukan cuma semangat kurban dan takbir, tapi juga harga kebutuhan pokok. Tapi pemandangan beda terlihat di Kota Tanjungpinang. Dua hari terakhir, 3–4 Juni 2025, halaman samping BNI di Jalan Teuku Umar dipenuhi warga yang semangat antre—bukan buat promo gadget, tapi demi dapur tetap ngebul tanpa bikin kantong jebol.
Ini semua karena Gerakan Pangan Murah (GPM) yang digelar Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan (DPPP) Kota Tanjungpinang, barengan sama Bank Indonesia Kepri. Gerakannya bukan cuma seremonial. Ini beneran bantu warga, apalagi yang udah mulai was-was liat harga minyak goreng naik lagi.
Di GPM ini, harga-harga kebutuhan pokok dibanderol lebih manusiawi. Telur bisa dibawa pulang cuma dengan Rp46 ribu per papan. Minyak goreng cuma Rp14 ribu seliter. Gula pasir Rp13 ribu sekilo. Dan beras? Tergantung merek, tapi mulai dari Rp58 ribu per 5 kilogram. Bandingin deh sama di pasar. Nggak heran kalau banyak warga langsung ngeborong.
“Saya beli gula dan minyak, harganya cukup murah. Terima kasih Pemko Tanjungpinang,” kata Lastatina, warga Km 6, sambil tersenyum puas.
Bukan cuma satu dua yang senang. Dari Batu 6, Sulami juga bersyukur. Katanya, minyak Sunco biasanya dia beli Rp42 ribu, tapi di GPM cuma Rp40 ribu.
“Kalau bisa kegiatan seperti ini rutin dilakukan,” harapnya.
Hardi dari Jalan Maharani Km 5 juga punya suara yang sama.
“Harga-harganya cukup meringankan. Semoga kegiatan seperti ini bisa rutin digelar agar belanja kebutuhan pokok tidak memberatkan,” katanya.
Selain bawa pulang sembako murah, pengunjung juga bisa sekalian cek kesehatan gratis. Kimia Farma buka layanan pemeriksaan di lokasi. Paket lengkap: belanja hemat, cek kesehatan, pulang bahagia.
Yang jelas, pasar murah model GPM ini bukti konkret kalau pemerintah daerah bisa hadir tepat waktu. Nggak cuma nunggu demo baru bergerak, tapi bisa ngambil langkah preventif pas momentum mendekati hari besar. Dan, yang lebih penting, warga merasa dilibatkan dan didengar kebutuhannya.
Jadi, kalau boleh nitip harapan: semoga ini bukan sekadar program musiman. Kalau bisa, bikin GPM jadi agenda rutin bulanan atau dua bulanan. Karena harga pasar yang makin galak butuh penyeimbang. Biar rakyat kecil bisa tetap belanja sambil senyum, bukan sambil ngelus dada.***
Editor: Fikri Artikel ini merupakan rilis/laporan wartawan yang telah dikemas ulang dengan gaya penulisan Kutipan, tanpa mengurangi substansi informasi.