
KUTIPAN – Kalau bicara soal kebersihan, biasanya yang terbayang adalah sapu, pel, dan aroma karbol. Tapi di Lapas Kelas III Dabo Singkep, makna “bersih” naik level. Di sini, yang dibersihkan bukan cuma lantai, tapi juga segala kemungkinan praktik gelap yang bisa bikin nama pemasyarakatan tercoreng. Jumat (10/10/2025) malam, petugas berseragam menyisir tiap blok hunian warga binaan. Tujuannya jelas, memastikan tak ada handphone, pungli, apalagi narkoba yang menyelinap di balik jeruji.
Langkah ini bukan semata formalitas. Di dunia pemasyarakatan, “Halinar” singkatan dari handphone, pungli, dan narkoba, adalah tiga kata yang paling dibenci. Sekali saja muncul, bisa bikin seluruh sistem kepercayaan publik ambruk. Karena itu, razia gabungan ini jadi semacam operasi moral yang dilakukan secara serius tapi tanpa drama.
Petugas gabungan dari Lapas Dabo Singkep dan Polsek Dabo Singkep terjun langsung ke lapangan. Setiap kamar, setiap celah, bahkan bawah kasur pun tak luput dari pemeriksaan. Hasilnya, nihil. Tak ditemukan satu pun barang haram atau alat komunikasi gelap. Sebuah kabar yang, kalau diibaratkan ujian, nilainya sempurna, seratus.
Kepala Lapas Dabo Singkep, Yusrifa Arif, menegaskan bahwa kegiatan ini bukan tiba-tiba muncul dari langit. Ia merupakan tindak lanjut dari arahan Direktur Jenderal Pemasyarakatan (Ditjen PAS) Kementerian Hukum dan HAM RI.
“Razia gabungan ini merupakan bentuk komitmen kami bersama APH dalam menjaga integritas dan keamanan di lingkungan Lapas. Kami ingin memastikan bahwa tidak ada celah bagi praktik-praktik yang dapat mencoreng citra Pemasyarakatan,” ujar Kalapas.
Kalimat “tidak ada celah” itu bukan basa-basi. Di baliknya tersirat pesan bahwa Lapas bukan tempat bermain-main dengan aturan. Yusrifa paham betul, mencegah jauh lebih efektif daripada menyesal setelah kejadian. Karena itu, pendekatannya bukan menunggu masalah datang, tapi menutup peluangnya dari awal.

Razia ini juga jadi bukti bahwa hubungan antarinstansi masih bisa harmonis tanpa perlu seremoni panjang. Polsek Dabo Singkep ikut turun langsung, bukan sekadar memberi dukungan simbolis.
“Kami berterima kasih atas sinergi yang baik antara jajaran Lapas dan pihak kepolisian. Dengan kolaborasi seperti ini, kami yakin situasi kamtibmas di lingkungan pemasyarakatan akan semakin kondusif,” ujar Yusrifa.
Bisa dibilang, kerja sama seperti ini adalah wajah nyata dari konsep keamanan berbasis kolaborasi. Tanpa ego, tanpa tumpang tindih, semua punya tujuan yang sama, menjaga lingkungan pemasyarakatan tetap aman dan manusiawi.
Bukan cuma sesekali, razia seperti ini akan terus berulang, baik secara terjadwal maupun mendadak. Bukan untuk gaya-gayaan, tapi untuk memastikan pengawasan tetap ketat dan warga binaan terbiasa hidup dalam lingkungan tertib.
Secara tidak langsung, kegiatan ini juga jadi latihan disiplin. Warga binaan diajak membiasakan diri hidup bersih dari hal-hal terlarang, bukan hanya karena takut diperiksa, tapi karena sadar itu bagian dari proses pembinaan.
Pada akhirnya, razia gabungan ini bukan sekadar tentang menemukan barang terlarang atau tidak. Ini tentang pesan moral yang lebih dalam, bahwa integritas tidak bisa ditawar.


				
				
				
				
				
				
				

		
		
		
		
		
		
		
		
