
KUTIPAN — Ada yang beda dari aktivitas di Marketing Centre BP Batam, Senin (7/7/2025) kemarin. Bukan soal diskon properti atau promo apartemen 0% bunga KPR, tapi penandatanganan nota kesepahaman antara Badan Pengusahaan (BP) Batam dan PT Impian Anak Indonesia. Bukan kerja sama biasa, ini kolaborasi demi urusan yang cukup sakral: pelayanan kesehatan.
Kerja sama ini digadang-gadang jadi angin segar bagi RSBP Batam, rumah sakit milik BP Batam yang selama ini jadi tumpuan warga Batam dan sekitarnya, tapi kadang bikin pasien lebih stres daripada sakitnya. Harapannya? Sistem informasi manajemen rumah sakit bakal dibenahi total selama tiga bulan ke depan.
Nggak cuma soal software dan server, tapi juga soal mindset dan manajemen. Karena, seperti kata Deputi Bidang Pelayanan Umum BP Batam, Ariastuty Sirait, “Kami ingin RSBP Batam tumbuh sebagai rumah sakit unggulan, baik di tingkat nasional maupun internasional.” Sebuah pernyataan yang ambisius tapi menarik.
Menurut Ariastuty, kerja sama ini bukan hasil keputusan semalam di grup WhatsApp, tapi sudah didiskusikan cukup lama. Tujuannya jelas: membuat RSBP Batam bukan cuma jadi rumah sakit rujukan, tapi juga rumah sakit yang nggak bikin pasien bingung soal antrian, tagihan, dan hasil lab yang baru keluar setelah pasien sembuh sendiri.
“Upaya ini tidak hanya berfokus pada teknologi, tetapi juga pada tata kelola manajemen yang profesional dan berorientasi pada mutu pelayanan,” tegasnya. Intinya, bukan cuma soal IT canggih, tapi juga soal bagaimana sistem kerja dan orang-orang di dalamnya bekerja dengan lebih manusiawi.
Nah, mitra kerja samanya pun bukan pemain baru. PT Impian Anak Indonesia, meski namanya terdengar seperti yayasan yang suka bikin lomba mewarnai, ternyata perusahaan teknologi yang serius bermain di bidang AI untuk layanan kesehatan.
Direktur PT Impian Anak Indonesia, Micheal Anando Seng, bilang bahwa kolaborasi ini bukan cuma proyek iseng. Mereka selama dua tahun terakhir sudah ngubek-ngubek delapan fasilitas medis di tiga negara. Dari sana, mereka bawa oleh-oleh berupa insight soal sistem rekam medis elektronik (RME), revenue cycle management, dan patient engagement.
“Kami akan membantu RSBP Batam dan menyampaikan beberapa rekomendasi hasil dari pekerjaan kami nantinya. Tujuannya untuk membenahi sistem yang ada,” ujar Micheal.
Kerja sama ini jadi semacam lampu sorot ke arah harapan. Sebab, bicara soal layanan rumah sakit, warga Batam jelas pengen lebih dari sekadar tempat rawat inap. Mereka pengen sistem yang transparan, akses data medis yang rapi, dan pelayanan yang tidak bikin pasien merasa seperti antre sembako.
Laporan: Yuyun Editor: Fikri Artikel ini merupakan rilis/laporan wartawan yang telah dikemas ulang dengan gaya penulisan Kutipan, tanpa mengurangi substansi informasi.