
KUTIPAN – Tidak begitu jauh dari megahnya bangunan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Serasan, terdapat kesedihan yang masih dirasakan masyarakat, terutama soal listrik yang hanya menyala 12 jam.
Berjarak sekitar 3 jam perjalanan laut dari Pulau Serasan, ditengah zaman yang serba modern saat ini masih saja ada desa yang tertinggal, desa tersebut bernama desa Kerdau.
Secara Administrasi, desa Kerdau sendiri merupakan sebuah Pulau yang masuk dalam wilayah Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau. Pulau ini memiliki luas 213 km², dan memiliki penduduk sebanyak 295 jiwa.
Di desa Kerdau, listrik hanya menyala selama 12 jam pada malam hari saja, dimulai pada sore hari pukul 17.00 Wib hingga pagi harinya pukul 07.00 Wib.
Persoalan listrik di desa Kerdau merupakan permasalahan yang tak kunjung usai. Puluhan tahun silam hingga sekarang, listrik di Kerdau cuma akan menyala di sore hari sampai menjelang pagi. Sisanya, tidak ada listrik yang menyala.
Kepala Desa (Kades) Kerdau, Tomy Heropin ketika dikonfirmasi mengaku hal ini sangat berdampak pada ekonomi terutama pada sektor usaha dan produktivitas masyarakat.
Menurutnya, keterbatasan pasokan listrik membatasi operasional bisnis, menghambat pengembangan ekonomi lokal, hingga memengaruhi kualitas hidup masyarakat.
“Salah satunya berkaitan dengan kegiatan nelayan. Kebutuhan es desa Kerdau dalam 3 hari sebesar 7 ton. Tetapi dengan kondisi keterbatasan listrik saat ini, masyarakat harus membeli es dari luar bahkan dari Kalimantan Barat” Ujarnya. Minggu, (22/06).
Tomy mengatakan, keterbatasan listrik di desanya juga berdampak pada infrastruktur telekomunikasi, akibatnya sinyal internet menjadi tidak stabil, lambat, bahkan terputus terutama di luar jam operasional listrik.
“Sebagai pemerintah setempat, kami siapkan starlink, namun penggunaannya tidak maksimal karena kebutuhan listrik yang terbatas, akibatnya dapat menganggu kegiatan sekolah, perkantoran, hingga sektor nelayan”, ucapnya.
Menurut Tomy, pihaknya telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi krisis listrik ini, namun kendala teknis dan administrasi masih menjadi tantangan.
Sementara terkait wacana pemerintah untuk mengaliri listrik dari pulau tetangga yakni Kecamatan Pulau Panjang, kata Tomy, ia meragukan akan daya listrik PLN yang dimiliki Kecamatan Pulau Panjang.
“Isunya kan ingin d gabung dgn listrik PLN Pulau Panjang, namun saya pikir percuma karena di Pulau Panjang sendiri kerap tidak stabil akibat daya mesin yang rendah”, pungkasnya.
Melalui pemberitaan ini, Tomy berharap agar pemerintah Kabupaten, Provinsi, hingga pusat bisa memberikan solusi atas permasalahan listrik yang ada di Kerdau. (Zal).