
KUTIPAN – Gelaran Pesta Puncak Tahun Transformasi Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Distrik XX Provinsi Kepulauan Riau berlangsung hangat di Grandtama Convention Center, Batuaji, Kota Batam, Minggu (9/11). Acara ini ibarat titik temu sukacita; jemaat berkumpul, bernyanyi, dan merayakan perjalanan panjang gereja di tahun transformasi.
Wakil Gubernur Kepulauan Riau, Nyanyang Haris Pratamura, turut hadir memberikan warna dalam perayaan tersebut. Kehadirannya bukan sekadar datang dan duduk manis di kursi kehormatan, tetapi membawa pesan yang cukup penting untuk dititipkan kepada masyarakat Kepri.
Nyanyang menyampaikan apresiasi kepada seluruh jemaat HKBP atas terselenggaranya acara tersebut. Ia menekankan betapa keberagaman di daerah ini bukan sekadar catatan statistik, tetapi sebuah realitas hidup yang mesti dirawat bersama.
Katanya, “Mari kita jaga dan rawat keharmonisan serta keberagaman yang ada. Keberagaman adalah kekayaan bangsa, bukan pemecah belah.”
Dalam konteks yang serba cepat dan kadang penuh gaduh seperti sekarang, pesan itu terdengar seperti ajakan untuk menghela napas sebentar, menengok kanan-kiri, lalu sadar: oh iya, hidup berdampingan memang butuh usaha, tidak bisa hanya diserahkan pada nasib dan waktu.
Nyanyang juga menegaskan bahwa kebersamaan bukan sekadar slogan yang ditempel di baliho atau spanduk acara. Pemerintah, katanya, punya komitmen untuk tetap mendukung kegiatan sosial dan keagamaan yang memperkuat persaudaraan antarumat beragama.
Ia menambahkan, “Atas nama Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau, saya mengucapkan selamat merayakan Pesta Puncak Tahun Transformasi HKBP Distrik XX. Semoga momentum ini semakin memperkuat iman dan semangat kebersamaan kita dalam membangun Kepri yang maju dan sejahtera.”
Dari sisi HKBP, rasa syukur dan kebahagiaan terlihat jelas. Preases HKBP Distrik XX Kepri, Pdt. Henry Banuareah, menyampaikan penghargaan atas kehadiran Wakil Gubernur. Baginya, itu bukan hanya tanda formalitas, tetapi bentuk dukungan nyata pemerintah terhadap aktivitas kerohanian dan kebersamaan umat.
Singkat kata, acara ini bukan sekadar perayaan. Ia menjadi ruang pertemuan: antara pemerintah dan masyarakat, antara iman dan tindakan sosial, antara keberagaman dan kebersamaan. Sebuah pesan sederhana namun terasa: hidup bersama itu mungkin, selama saling menghargai tetap jadi pondasinya.





