
KUTIPAN – Kalau dengar kata “rapat koordinasi”, bayangan yang muncul di kepala pasti meja panjang, kopi yang udah dingin, dan orang-orang yang saling lempar pendapat sambil nunggu giliran makan siang. Tapi beda cerita kalau rapatnya digelar sama Tim Pembina Posyandu Kabupaten Lingga, pada Kamis (24/04/2025). Yang dibahas bukan cuma soal agenda kerja, tapi juga masa depan kesehatan dan kesejahteraan desa se-Kabupaten Lingga.
Rapat ini dipimpin langsung oleh Maratusholiha Nizar, Ketua TP PKK sekaligus Ketua Tim Pembina Posyandu yang juga istri dari Bupati Lingga, Muhammad Nizar. Ibu satu ini nggak main-main. Gaya bicara dan berpakaianya santai, tapi tidak dengan keseriusannya ketika diajak bicara terkait kepentingan banyak umat.
“Fokus kita adalah memastikan pelayanan berbasis 6 SPM dapat berjalan optimal di seluruh wilayah. Harapannya, dengan keterlibatan aktif semua pihak, kita dapat meningkatkan kualitas kesehatan, pendidikan, dan pembangunan masyarakat desa,” kata ibu dua orang anak ini.
Diketahui rapat itu hadir perwakilan dari berbagai OPD. Mulai dari Dinas Sosial, Satpol PP, Dinas PU, Disperkim, DPMD, sampai Dinas Pendidikan. Pokoknya lengkap. Kurang dukun beranak aja.
Tapi tenang, ini bukan rapat biasa. Ini adalah koordinasi sakral untuk menyukseskan 6 Standar Pelayanan Minimal (SPM). Buat yang belum tahu, 6 SPM itu semacam “rukun iman” versi pelayanan publik. Isinya:
-
Kesehatan
-
Pendidikan
-
Pekerjaan umum
-
Sosial
-
Perumahan rakyat
-
Ketertiban umum alias trantibumlinmas
Nah, yang bikin rapat ini makin penting adalah kenyataan bahwa data dan program selama ini masih lari sendiri-sendiri, belum akur, belum akrab. Padahal, zaman udah digital, masa data masih kayak mantan yang nggak mau saling sapa?
Makanya, Maratusholiha ngasih penekanan penting soal integrasi data:
“Langkah selanjutnya adalah menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) yang mengacu langsung pada Permendagri. Kita ingin semua program terdata dalam satu sistem agar pelaksanaannya lebih efisien dan terukur.”
Nah, ini baru vibes 2025.
Tapi yang paling nyentil, dan mungkin bikin OPD yang hadir agak keringetan, adalah saat beliau bilang:
“Kami berharap seluruh OPD benar-benar aktif dalam menyukseskan 6 SPM ini. Ini bukan pekerjaan baru, melainkan pekerjaan yang memang harus dikerjakan secara serius dan berkelanjutan.”
Kalimatnya sederhana. Tapi nadanya? Kayak guru BP waktu kita ketahuan bolos upacara.
Di akhir, rapat ini jadi semacam deklarasi niat suci lintas sektor: bahwa Posyandu bukan sekadar kegiatan bagi-bagi vitamin dan timbang badan, tapi juga garda depan dalam perang melawan stunting, kemiskinan, dan persoalan mendasar lainnya.
Dan semoga, setelah rapat ini, Posyandu benar-benar jadi lebih profesional, terintegrasi, dan—yang paling penting—berdampak nyata. Bukan cuma jadi tempat ibu-ibu kumpul sambil ngerumpi.
Laporan: Yuanda Editor: Fikri