
KUTIPAN – Kalau bicara soal pembangunan, semua orang pasti setuju: jalannya harus lurus, fondasinya kuat, dan manfaatnya terasa. Tapi di lapangan, mewujudkan itu butuh bukan cuma niat, tapi juga dokumen, rapat, dan segunung koordinasi lintas kementerian.
Hal itu juga yang terlihat di Kota Tanjungpinang. Pada Selasa (4/11/2025), Wakil Wali Kota Raja Ariza ikut dalam rapat koordinasi virtual bersama Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (Kemenko Infrawil).
Rapat ini bukan sekadar formalitas daring, tapi langkah strategis Pemko untuk memperjuangkan pembangunan infrastruktur yang bisa menyalakan lagi mesin ekonomi daerah.
Rakor dipimpin oleh Syahrudin, Asisten Deputi bidang Koordinasi Pemerataan Pembangunan Wilayah, Agraria, dan Tata Ruang Kemenko Infrawil. Dalam arahannya, ia seperti mengingatkan semua pihak bahwa pembangunan itu bukan sekadar bikin jalan atau gedung, tapi soal arah besar tata ruang.
“Maka setiap usulan program hendaknya disertai narasi yang komprehensif, mencakup tujuan, manfaat ekonomi, dan keterkaitannya dengan arah pembangunan nasional, khususnya dengan RPJMN dan Asta Cita Presiden,” ucap Syahrudin.
Bahasanya memang teknokratis, tapi intinya jelas: kalau mau proyek disetujui pusat, semua harus tertata rapi. Tak cukup hanya proposal, tapi juga studi kelayakan dan dokumen lengkap yang bisa masuk sistem SiTIA dan SIPURI milik Kementerian PUPR.
Nah, di sisi lain, Pemko Tanjungpinang tampaknya tak mau kalah semangat. Wakil Wali Kota Raja Ariza menyampaikan apresiasinya kepada Kemenko Infrawil karena sudah memberi ruang bagi kota kecil di pesisir ini untuk bicara langsung soal prioritas pembangunan.
“Kami berharap dukungan dan sinergi dari pemerintah pusat melalui Kemenko Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan dapat memperkuat realisasi program prioritas infrastruktur di Kota Tanjungpinang,” ucap Raja Ariza.
Dari pernyataannya, bisa dibaca bahwa Pemko ingin memastikan program infrastruktur bukan hanya jadi rencana indah di atas kertas, tapi benar-benar dikerjakan di lapangan.
Lalu, Sekda Zulhidayat menambahkan deretan proyek yang diusulkan, dari yang kasat mata hingga yang sifatnya fundamental: Revitalisasi GOR dan stadion olahraga, pembangunan RSUD baru, dermaga Pulau Penyengat, penataan sekolah, taman kota, hingga pengendalian banjir dan pengembangan kawasan pesisir.
Semua itu terdengar seperti daftar impian kota yang ingin berlari lebih cepat, tapi masih menunggu sepatu yang pas dari pusat.
Di sela paparannya, Zulhidayat juga menyorot ketimpangan pertumbuhan ekonomi. Provinsi Kepri tumbuh 7,14%, sementara Tanjungpinang baru 2,53%. Jomplang banget. Ia bilang hal itu perlu diselesaikan lewat penguatan infrastruktur dasar dan daya tarik investasi.
“Tanjungpinang memiliki potensi besar sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB). Namun, lemahnya infrastruktur menjadi salah satu hambatan utama masuknya investasi,” terangnya.
Kalimatnya sederhana, tapi menggambarkan realita banyak kota di luar Jawa: potensi besar, tapi akses dan fasilitas belum seimbang.
Menutup pemaparannya, Zulhidayat mengajak semua pihak untuk berpikir jangka panjang.
“Program-program ini tidak hanya bertujuan memperbaiki kondisi fisik infrastruktur, tetapi juga menjadi pengungkit utama peningkatan daya saing daerah, pemerataan ekonomi, serta peningkatan kualitas hidup masyarakat. Kami percaya, melalui sinergi antara pemerintah pusat, provinsi, dan daerah, pembangunan infrastruktur di Kota Tanjungpinang dapat berjalan lebih terarah, efisien, dan berdampak langsung bagi masyarakat,” harap Zulhidayat.
Rapat koordinasi pun berlanjut ke tahap teknis — fase yang biasanya diisi dengan diskusi serius, klarifikasi berlapis, dan revisi berkali-kali.
Semua demi satu hal, memastikan setiap jengkal pembangunan di Tanjungpinang sinkron dengan rencana nasional dan benar-benar bisa terealisasi, bukan hanya sebatas jargon musrenbang tahunan.
Karena kalau bicara infrastruktur, rakyat tak butuh slogan. Mereka cuma ingin jalan yang tak berlubang, air yang mengalir, dan kota yang tumbuh bersama harapan.





