
KUTIPAN – Barangkali kita perlu jujur: stunting itu bukan cuma soal gizi buruk. Ia adalah cerita panjang soal ketimpangan, soal akses, dan kadang, soal kita yang lupa kalau anak-anak di pelosok juga berhak tumbuh maksimal. Tapi di Kabupaten Lingga, Senin pagi 14 Juli 2025 kemarin, ada satu semangat yang terasa hangat: semua mau duduk bareng dan bicara tentang stunting dengan kepala dingin dan hati terbuka.
Bupati Lingga, Muhammad Nizar, didampingi oleh Ketua TP PKK Maratusholiha Nizar, memimpin langsung kegiatan Rembuk Stunting atau Pra-Musrenbang Tematik Stunting yang digelar di Ruang Rapat Barenlitbang Kabupaten Lingga.
Acara ini bukan sekadar formalitas. Bukan juga seremoni basa-basi sambil minum kopi dan makan kue sus. Ini adalah ikhtiar serius, dengan tema yang menggigit: “Memperkuat Konvergensi dan Kearifan Lokal dalam Pencegahan dan Penurunan Stunting di Kabupaten Lingga.”
Artinya apa? Ya artinya semua elemen masyarakat, dari kantor sampai dapur rumah warga, dari OPD sampai kader Posyandu, kudu bareng-bareng bergerak. Dan nggak cuma pakai data, tapi juga pakai kearifan lokal. Yang tahu betul medan dan cara pendekatan paling cocok buat warga ya masyarakatnya sendiri.
“Stunting ini bukan hanya urusan kesehatan semata, tapi lintas sektor. Ada aspek pendidikan, ekonomi, sanitasi, hingga pola asuh yang semua saling berkelindan,” begitu kira-kira semangat yang dibawa dalam rembuk ini.

Makanya nggak heran, kegiatan ini dihadiri oleh Ketua DPRD Kabupaten Lingga, Ketua Dekranasda, para kepala OPD se-Kabupaten Lingga, Kepala Puskesmas, Wakil Ketua I BAZNAS beserta staf, Danramil 05 Lingga, para lurah dan camat, TP PKK tingkat desa dan kecamatan, serta para kader Posyandu. Lengkap, sob! Seperti lauk kondangan: semua ada!
Kalau mau jujur, kadang kita suka abai bahwa soal stunting juga urusan budaya. Di beberapa tempat, ada kepercayaan soal pantangan makanan untuk ibu hamil yang justru malah memperparah kekurangan gizi. Nah, di sinilah pentingnya pendekatan berbasis kearifan lokal. Bukan hanya melawan mitos, tapi merangkulnya, memodifikasinya agar bisa berpihak pada kesehatan.
Melibatkan PKK, kader Posyandu, sampai Baznas juga bukan langkah sembarangan. Ini bukan cuma memperkuat jaring, tapi menebalkan semangat gotong royong yang kadang terasa mulai menipis di tengah masyarakat yang makin sibuk dengan gadget.
Bupati Nizar paham betul, upaya cegah stunting itu nggak bisa satu dinas kerja sendiri. Harus kompak. Harus konvergen. Harus saling isi. Kayak nasi dan sambal. Sendiri-sendiri nggak enak. Tapi kalau bareng, nendang!
Lewat rembuk ini, Pemerintah Kabupaten Lingga ingin memastikan bahwa program-program pencegahan stunting bukan sekadar spanduk dan seminar. Tapi benar-benar nyampe ke rumah warga. Masuk ke dapur, ke piring makan anak-anak, dan tentu saja ke pola pikir orang tua.
Dan yang lebih penting, rembuk ini juga ingin mengirim pesan: stunting bukan aib. Ia bisa dicegah. Ia bisa ditangani. Dan semua pihak, dari pejabat sampai ibu kader di Posyandu, punya peran penting.
Laporan: Yuanda
Editor: Fikri
Artikel ini merupakan rilis/laporan wartawan yang telah dikemas ulang dengan gaya penulisan Kutipan, tanpa mengurangi substansi informasi.