
KUTIPAN – Di tengah tren emak-emak update status pakai filter glowing dan caption ala motivator TikTok, Pemerintah Kota Tanjungpinang malah punya cara lain buat tampil “cantik”. Bukan dengan serum wajah, tapi lewat Program Kelurahan Cinta Statistik (Cantik). Yup, ini bukan typo, emang “Cantik”-nya BPS.
Kamis, 17 April 2025, Pemko Tanjungpinang barengan sama BPS Tanjungpinang ngumpul di Ruang Rapat Kantor Wali Kota buat bahas masa depan kelurahan yang bukan cuma bersih, tapi juga melek data. Program ini udah kayak skincare routine, lengkap dari cleansing sampai moisturizer, tapi buat kelurahan: data, literasi statistik, standar nasional, dan metadata.
Kepala BPS Kota Tanjungpinang, Yulia Tri Mardani, dengan nada serius tapi adem kayak AC kantor, bilang:
“Kelurahan tidak lagi hanya sebagai objek pembangunan, tapi sebagai subjek dan ujung tombak. Maka data yang akurat menjadi keharusan.”
Lho, berarti kelurahan sekarang udah naik kasta, gengs. Nggak cuma jadi tempat ngurus surat domisili, tapi juga jadi aktor utama pembangunan. Kalau kelurahan dulu kayak figuran di sinetron, sekarang udah dikasih dialog.
Sejak 2021, BPS udah mulai nih membina kelurahan biar jadi “Cantik”. Tahun itu, Kelurahan Kampung Bulang jadi pelopor dan langsung ngetop, masuk 15 besar Desa Cantik se-Indonesia. Mungkin karena selain datanya rapi, warga juga rajin nyapu halaman.
Tahun-tahun berikutnya, giliran Kelurahan Tanjungpinang Kota dan Bukit Cermin unjuk gigi. Dan di tahun 2025 ini, panggung diberikan ke Tanjung Ayun Sakti, Tanjung Unggat, dan Sei Jang. Yang pertama bahkan bakal diajukan ke tingkat nasional. Siap-siap, siapa tahu nanti dapat penghargaan dan dikirimi karangan bunga dari fans.
Wali Kota Tanjungpinang, H. Lis Darmansyah, S.H., pun ikut pasang badan:
“Saya berharap perencanaan pembangunan di tingkat kelurahan semakin tepat sasaran dengan adanya Program Kelurahan Cinta Statistik.”
Biar kelurahan nggak cuma jadi tempat numpang selfie sama banner “Selamat Datang”, tapi juga pusat keputusan berbasis data. Nggak ada lagi pembangunan yang asal gas kayak emak-emak bawa motor ngebut ngejar diskonan di toko baju.
Dan demi cita-cita mulia itu, BPS bakal turun langsung ke 18 kelurahan sepanjang 2025. Bukan buat razia, tapi ngasih pelatihan statistik sektoral. Bahasa gampangnya: biar semua lurah, staf, dan perangkat nggak keder lagi lihat tabel dan grafik.
Jadi mulai sekarang, selain tahu harga cabe hari ini, kelurahan juga kudu tahu angka pertumbuhan ekonomi, distribusi penduduk, sampai metadata. Metadata, lho! Bukan meta di FB, tapi catatan penting di balik setiap data.
Program ini bisa jadi langkah kecil, tapi berdampak besar. Karena, hayoo ngaku, berapa banyak keputusan selama ini yang diambil cuma berdasarkan “katanya”, “kayaknya”, dan “feeling-nya”? Padahal, kata BPS, feeling itu bukan indikator valid.
Mudah-mudahan dengan ini, pelayanan publik bisa makin rapi, program bantuan nggak lagi salah sasaran, dan pembangunan beneran sesuai kebutuhan. Bukan kayak beli baju online yang fotonya cakep, tapi pas datang malah sobek dan kekecilan.
Audiensi pun ditutup dengan komitmen bersama—semacam sumpah palapa versi statistik—buat terus saling dukung, bantu, dan kolaborasi. Lurah, camat, kepala dinas, sampai staf kelurahan sepakat buat bikin Tanjungpinang nggak cuma cantik dari tampilan, tapi juga cantik dari data.
Disclaimer: Tulisan ini masuk dalam rubrik Kabar Kutipan, kiriman warganet/rilis yang telah dipoles dengan gaya media kutipan. Kalau mau kirim tulisan juga, boleh banget! Kirim ke: penuliskutipandotco@gmail.com