KUTIPAN – Kelezatan udang tak mengherankan jika menjadi salah satu primadona hidangan laut. Tidak hanya memiliki cita rasa lezat, kandungan nutrisi dalam udang pun tidak main-main.
Selain sumber protein, udang juga mengandung zat besi, zinc, selenium, antioksidan, lemak baik, dan omega 3. Zat gizi ini bermanfaat untuk mendukung tumbuh kembang anak, mencegah anemia, juga meningkatkan kesehatan jantung dan kelenjar tiroid.
Refrensi lain bahkan menyebut bahwa udang dapat dijadikan sebagai sumber protein dan omega 3 dengan dikonsumsi beberapa kali seminggu. Kehadiran udang dapat menjadi alternatif bagi orang yang kurang suka mengonsumsi ikan maupun daging.
Popularitas udang di kalangan masyarakat juga sejalan dengan kebutuhan di daerah. Permintaan pasar terhadap udang secara global ternyata juga menempati peringkat kedua setelah salmon.
Peluang pasar itu akan sayang sekali bila dilewatkan oleh Indonesia, terutama Pemerintah Kabupaten Lingga yang menjadikannya sebagai salah satu program unggulan.
Menurut Kepala Dinas Perikanan, Sutarman, Pemerintah Kabupaten Lingga melalui Dinas Kelautan dan Perikanan sudah sejak lama memberikan dukungan dan kemudahan berinvestasi di sektor perikanan, khususnya tambak udang.
“Bentuk dukungan kita, akan dimudahkan dalam hal administrasi dan birokrasi bagi investasi di Lingga. Untuk pemasaran hasil panen, pengelola telah memiliki pasar kerja swasta sendiri. Dan ini, secara produksi sudah terdaftar di karantina daerah,” kata dia beberapa waktu silam.
Baca Juga : Bupati Lingga Gelar Safari Ramadhan di Desa Baran, Berikan Bantuan dan Santunan
Tak heran jika produksi tambak udang di Lingga ini terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Beberapa desa telah membuktikan, seperti Desa Lanjut, Desa Kote dan desa lainnya yang dikabarkan menyusul.
Bupati Lingga, kata Sutarman terus mendorong agar pihaknya memanfaatkan potensi ini melalui beragam upaya, salah satunya menerapkan budidaya dengan sistem bioflok yang dapat dijadikan contoh oleh masyarakat, baik perorangan maupun kelompok.
Selain karena dinilai mampu meningkatkan produktivitas hasil perikanan yang lebih tinggi juga dapat meminimalisir penggunaan lahan karena tidak terlalu luas, dan tujuan utamanya ialah meningkatkan taraf perekonomian bagi masyarakat Lingga.
“Kita berharap metode budidaya menggunakan bioflok ini dapat menjadi contoh, dan dapat dikembangkan sehingga dapat meningkatkan ekonomi bagi masyarakat khususnya di Kabupaten Lingga,” kata Sutarman saat mendampingi Bupati Lingga panen udang vaname di Desa Kote, Senin (4/3/2024) kemarin.
Dirangkum dari berbagai sumber, bioflok sendiri merupakan suatu teknik budidaya melalui rekayasa lingkungan yang mengandalkan suplai oksigen dan pemanfaat mikroorganisme pada air kolam yang dapat meningkatkan nilai kecernaan pakan.
Prinsip dasar bioflok adalah mengubah senyawa organik dan anorganik yang terdiri dari kabon, oksigen, hidrogen, dan nitrogen menjadi massa sludge berbentuk bioflok. Perubahan tersebut dilakukan dengan memanfaatkan bakteri pembentuk gumpalan sebagai bioflok.
Pemanfaatan berbagai mikroorganisme air seperti bakteri, alga, fungi, protozoa, metazoan, rotifer, nematoda, gastroricha, dan organisme lainnya dapat memakan kotoran atau zat berbahaya dan akan dijadikan protein agar dapat dimakan oleh udang.
Sutarman kemudian mengungkapkan, bahwa sistem bioflok skala rumahan ini telah berhasil dibuktikan dengan panen perdananya. Masing-masing bioflok, kata dia dapat menampung 10.000 benih udang vaname.(Ruzi)
Baca Juga : Ikut Panen Parsial Udang Vaname di Tinjul, Gubernur Kepri: Saya Lihat Sawah Gagal