
KUTIPAN – Batam, kota industri yang identik dengan geliat ekonomi dan investasi, kini sedang memutar arah sejenak: menengok mereka yang perlahan berjalan tertinggal. Bukan karena malas atau tak ingin ikut bergerak cepat, tapi karena usia memang punya cara sendiri untuk memperlambat langkah. Mereka adalah para lansia. Dan kali ini, kabar baik datang untuk mereka.
Sebanyak 1.245 warga lanjut usia di Batam kini mendapat insentif senilai Rp 300 ribu. Uang ini memang tak cukup untuk membeli kursi pijat elektrik atau liburan ke Singapura, tapi jelas lebih baik daripada tidak ada sama sekali. Program ini menjadi salah satu janji politik yang direalisasikan oleh duet kepemimpinan Amsakar Achmad dan Li Claudia Chandra.
“Kami berkomitmen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat Batam. Para orang tua yang selama ini kurang mendapatkan perhatian dan tidak bisa bekerja secara maksimal, dapat terbantu dalam memenuhi kebutuhannya,” ujar Li Claudia, yang kini menjabat sebagai Wakil Kepala BP Batam sekaligus Wakil Wali Kota Batam.
Bantuan itu disalurkan ke sembilan kecamatan: Batuaji, Sagulung, Sekupang, Galang, Bulang, Batu Ampar, Bengkong, Belakangpadang, dan Lubuk Baja. Sebuah pemerataan yang patut diapresiasi, apalagi di tengah dinamika kota yang lebih sering sibuk melayani para investor dan proyek-proyek skala besar.
Tapi jangan salah, insentif lansia ini bukan program satu-satunya. Pemerintah Kota Batam juga sedang ngebut menyelesaikan dua PR besar yang cukup klasik: banjir dan air bersih. Keduanya bukan isu baru, tapi justru karena sudah terlalu lama bercokol, masyarakat makin tak sabar ingin melihat perubahan.
“Masalah banjir saat ini menjadi fokus kami, begitu juga dengan ketersediaan air bersih dan pemberian seragam bagi siswa-siswi di Batam,” kata Li Claudia, tegas.
Bisa dibilang, arah pembangunan Batam sedang dicoba untuk ditata ulang—bukan sekadar menara beton dan investor asing, tapi juga dari hal-hal yang lebih mendasar: air, pakaian sekolah, dan perlindungan untuk para sepuh. Pemerintah pun menginstruksikan para deputi dan jajaran di BP Batam agar tak cuma duduk di kantor, tapi turun tangan langsung menangani masalah-masalah teknis yang membelit masyarakat.
Li Claudia juga menegaskan pentingnya kolaborasi lintas elemen. Pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta diminta bersinergi dalam menyusun wajah Batam yang baru: kota modern yang tetap peduli pada manusianya.
“Mari kita semua saling bersinergi untuk Batam lebih baik,” ujarnya menutup.
Jika melihat strategi ini dari kacamata logika publik, pendekatannya cukup masuk akal. Pembangunan tak melulu soal ekonomi besar-besaran. Infrastruktur yang ramah warga, insentif sosial, dan penanganan masalah dasar seperti banjir adalah fondasi penting agar Batam tak tumbuh pincang.
Insentif lansia mungkin terlihat kecil dalam neraca APBD, tapi efeknya bisa besar dalam neraca psikologis sosial. Ini semacam pengingat: bahwa di tengah hiruk-pikuk kota, ada orang-orang tua yang tetap layak diperhatikan.
Laporan: Yuyun Editor: Fikri Laporan ini merupakan rilis/laporan wartawan yang telah dikemas ulang dengan gaya penulisan Kutipan.