KUTIPAN – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kepulauan Riau memaparkan perkembangan terkini ekonomi dan pariwisata dalam konferensi pers di Tanjungpinang, Senin (2/12). Kepala BPS Kepri, Margaretha Ari Anggorowati, menyampaikan bahwa inflasi di Kepulauan Riau pada November 2024 terkendali di angka 1,89 persen (year on year/y-on-y), dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) mencapai 106,63.
“Kenaikan harga pada delapan kelompok pengeluaran menjadi pemicu inflasi. Kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya mengalami kenaikan tertinggi sebesar 8,57 persen,” ungkap Margaretha.
Kota Batam mencatat inflasi tertinggi di Kepri sebesar 2,04 persen (IHK 106,98), diikuti Kabupaten Karimun (1,75 persen) dan Tanjungpinang (0,97 persen). Namun, tiga kelompok pengeluaran mencatat penurunan, termasuk pendidikan (-1,84 persen) dan perlengkapan rumah tangga (-0,14 persen).
Transportasi dan Pariwisata: Penurunan Penumpang, Peningkatan Wisata Nusantara
Pada sektor transportasi, BPS mencatat penurunan jumlah penumpang angkutan udara domestik sebesar 4,80 persen pada Oktober 2024, sementara penumpang angkutan laut domestik turun 2,38 persen. Volume bagasi dan barang domestik juga mengalami penurunan sebesar 2,53 persen.
Namun, pariwisata tetap menjadi sektor unggulan. Jumlah wisatawan nusantara (wisnus) periode Januari–Oktober 2024 mencapai 2,83 juta orang, naik 54,01 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang meningkat menjadi 55,66 persen, menunjukkan optimisme di sektor ini.
“Pariwisata tetap menjadi sektor unggulan dengan peningkatan kunjungan wisatawan nusantara yang signifikan, mendukung pemulihan ekonomi daerah,” kata Margaretha.
Inflasi Month-to-Month: Stabilitas Terjaga
Inflasi month-to-month (m-to-m) pada November 2024 tercatat sebesar 0,24 persen, naik dari IHK 106,38 di bulan Oktober. Adapun inflasi year-to-date (y-to-d) berada di angka 1,41 persen, menunjukkan pengendalian yang efektif meski ada tekanan harga pada beberapa sektor.
Di sektor agrikultur, Nilai Tukar Petani (NTP) turun 0,04 persen menjadi 103,72, sementara Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) juga turun 0,05 persen menjadi 104,00.
Margaretha menutup presentasinya dengan optimisme, menekankan pentingnya sinergi pemerintah dan pelaku usaha dalam menjaga stabilitas ekonomi dan mendukung sektor-sektor unggulan.