
KUTIPAN – Ada yang tanya, kenapa Batam banjir padahal nggak punya sungai sebesar Ciliwung? Jawabannya ternyata bukan semata-mata karena curah hujan tinggi atau cuaca ekstrem. Tapi karena… ya itu tadi, sistem drainase yang disusun dengan konsep “nanti juga surut sendiri”.
Wakil Kepala BP Batam sekaligus Wakil Wali Kota Batam, Li Claudia Chandra, turun tangan langsung kasih peringatan serius kepada para penerima alokasi lahan—alias para pengembang dan pelaku industri yang rajin bangun, tapi kadang lupa kalau air juga butuh jalan pulang.
“Penerima alokasi lahan jangan merugikan masyarakat. Peringatan ini juga ditujukan kepada para pengembang yang akan melakukan pembangunan serta kawasan industri yang ada. Keputusan kami ambil untuk kepentingan bersama,” tegas Bu Li pada Selasa (6/5/2025).
Intinya begini: BP Batam sudah muak lihat banjir yang makin merajalela, padahal banyak lahan yang seharusnya sudah punya sistem drainase, tapi nyatanya air malah menggenang kayak disuruh staycation di jalan raya. Padahal jalan itu buat mobil, bukan buat bebek.
Bu Li menjelaskan, banyak pengembang yang terima alokasi lahan tapi abai soal manajemen air. Mereka bangun, jual, cuan, lalu… yaudah. Tapi waktu hujan deras datang, masyarakat yang tinggal di sekitar malah jadi korban. Air tumpah, masuk ke rumah-rumah, jalanan berubah fungsi jadi kolam renang dadakan.
“Masih banyak penerima alokasi yang memanfaatkan lahan tanpa memperhitungkan sistem drainase yang memadai,” jelasnya.
Lahannya dapet, bangunannya jadi, tapi airnya nggak dikasih jalan. Jadinya, ya cari jalan sendiri—ke mana aja yang bisa. Termasuk ke rumah warga.
Makanya sekarang BP Batam pasang ancaman manis tapi ngeri: izin alokasi bisa dicabut kalau drainase nggak beres. Ini bukan sekadar gertakan sambal, tapi sudah masuk ke fase serius.
“Saya sangat prihatin dengan kondisi ini. Penanganan banjir memerlukan perhatian serius dan kerja sama dari seluruh pihak,” lanjutnya.
Pernyataan ini bukan buat menakut-nakuti, tapi biar semua pihak, terutama pengembang, tahu kalau pembangunan itu bukan sekadar bikin fondasi dan dinding. Tapi juga harus mikirin air ke mana, sampah ke mana, dan yang paling penting, dampaknya ke masyarakat gimana.
Dan tentu saja, ini juga jadi ajakan buat kita semua, terutama warga Batam, buat sadar lingkungan. Jangan buang sampah sembarangan, apalagi ke saluran air. Udah tahu saluran airnya kecil, dikasih bonus sampah plastik, lengkap sudah.
“Saya juga mengucapkan terima kasih kepada para penerima alokasi lahan yang sudah membangun sistem drainase dengan baik. Persoalan banjir ini adalah tanggung jawab kita bersama dan harus ditangani secara kolaboratif dan berkelanjutan,” tutupnya.
Jadi, pesan moral dari cerita ini sederhana tapi penting: kalau mau bangun, bangunlah dengan bijak. Jangan sampai masyarakat tenggelam gara-gara pengembang keasyikan hitung laba, tapi lupa air juga punya hak untuk mengalir.
Laporan: Yuyun Editor: Fikri Laporan ini merupakan rilis/laporan wartawan yang telah dikemas ulang dengan gaya penulisan Kutipan.