
KUTIPAN – Namanya juga musim peralihan. Yang biasa kita kira cuaca adem ayem, ternyata malah bisa jadi sumber kekacauan kecil di langit, laut, sampai jantung para nelayan. Itulah yang sedang terjadi di wilayah Kabupaten Lingga, khususnya bagian selatan.
Kepala BMKG Dabo Singkep, Ady Istyono, buka suara soal fenomena ini. Dalam keterangan yang disampaikan, beliau menjelaskan bahwa kita sedang berada di fase “tanggung”—alias peralihan dari musim hujan ke musim kemarau. Dan di masa tanggung kayak gini, awan Cumulonimbus sering jadi bintang utama.
“Wilayah Kabupaten Lingga ini kan peralihan musim penghujan ke musim kemarau, kondisinya itu pertumbuhan awan-awan Cumulonimbus itu yang hitam tadi itu cukup tinggi,” ungkap Ady, Kamis 26 Juni 2025.
Awan Cumulonimbus bukan sekadar hiasan gelap di langit. Mereka bisa jadi pabrik kilat dan air dadakan.
“Pertumbuhannya bisa menimbulkan tadi hujan dengan skala lebat, angin kencang disertai dengan petir, namun terjadinya hanya dalam waktu singkat, biasanya begitu,” lanjutnya.
Jadi, walau sebentar, hujan yang jatuh bisa nyaris bikin motoran jadi lomba renang, dan petirnya—ya, cukup bikin jantung menciut.
Tapi ini belum apa-apa dibanding urusan angin. Karena menurut Ady, kondisi angin justru lebih ngeri kalau kita bicara soal wilayah perairan.
“Kondisi angin kencangnya itu yang bikin bahaya, bila terjadi di laut. Biarpun waktunya sebentar, tapi bisa menimbulkan gelombang yang cukup tinggi. Tapi durasinya tidak lama,” jelasnya.
Nah, buat sobat nelayan atau yang hobi melaut, ini kabar penting. Gelombang tinggi yang datang tiba-tiba bisa jadi ancaman nyata, apalagi di daerah seperti Singkep Selatan dan Pulau Berhala. Di sana, angin selatan punya karakter khas yang nggak bisa dianggap remeh.
“Dari karakter angin selatan di daerah Kabupaten Lingga bagian selatan identik dengan gelombang tinggi di wilayah selatan. Seperti di Singkep Selatan di Pulau Berhala,” kata Ady menjabarkan.
Angin selatan ini juga bukan tipe angin musiman yang numpang lewat. Dia bisa betah berhembus dalam waktu lama. Beneran lama.
“Nah itu pada saat angin selatan, itu memang kondisinya gelombangnya cukup tinggi. Karena kan kalau angin itu berhembus secara terus-menerus, dalam waktu yang konstan, dalam waktu yang cukup lama, hampir sampai bulan Desember,” imbuhnya.
Lho, Desember? Iya, berarti potensi gelombang tinggi bukan cuma sebulan dua bulan. Dari Juli sampai Desember, laut bisa berubah mood kapan saja.
“Kalau pada saat ini, memasuki Juli Agustus ini, itu kondisi angin selatannya bisa menimbulkan gelombang cukup tinggi. Itu yang saya tahu dari data, karena datanya tiap tahun ada,” terang Ady.
Kita sekarang memang belum sepenuhnya masuk musim kemarau. Tapi sinyalnya udah kelihatan. Curah hujan mulai berkurang, dan angin mulai ganti arah.
“Pada saat ini peralihan musim penghujan ke musim kemarau. Kemarau, angin dari angin timur ke angin selatan begitu,” pungkasnya.
Jadi, buat kamu yang tinggal di wilayah pesisir Lingga atau yang punya agenda jalan-jalan ke pantai, ada baiknya pantau terus info cuaca. Jangan sampai nekat berlayar atau piknik pas langit lagi ngebentuk awan hitam tebal. Ingat, yang namanya cuaca peralihan itu kayak mantan galau—gak bisa ditebak dan suka bikin masalah secara tiba-tiba.
Laporan: Yuanda Editor: Fikri Artikel ini merupakan rilis/laporan wartawan yang telah dikemas ulang dengan gaya penulisan Kutipan, tanpa mengurangi substansi informasi.
Untuk informasi beragam lainnya ikuti kami di medsos:
https://www.facebook.com/linggapikiranrakyat/
https://www.facebook.com/kutipan.dotco/