
KUTIPAN – Malam penutupan Kepri International Art & Culture 2025 benar-benar jadi vibe tersendiri. Sejak Sabtu (29/11/2025) sore, suasana Pelataran Gedung Lembaga Adat Melayu (LAM) Provinsi Kepri sudah penuh energi. Ribuan orang tumplek blek, dari Pelantar LAM, Gedung Dekranasda Kepri, sampai kawasan Tugu Sirih Taman Gurindam 12—semua sesak oleh warga lokal dan wisatawan yang nggak mau ketinggalan momen puncak festival seni terbesar di Kepri tahun ini.
Festival yang digelar sejak 25 November itu ditutup dengan pertunjukan megah yang bikin publik makin yakin kalau event ini emang pantas disebut magnet pariwisata. Gubernur Kepulauan Riau Ansar Ahmad dan Wakil Gubernur Nyanyang Haris Pratamura juga hadir langsung, menikmati setiap aksi panggung dari para seniman.
Malam itu, panggung makin hidup dengan penampilan musik dari Zizi Band, Sensor Band, dan Dermaga Musica. Deretan tarian kreasi dari Singapura, Malaysia, Aceh, Riau, hingga aksi memukau Sanggar Tari Nataraga Batam, Bintan Telani, dan TLS Sanggam bikin suasana makin meriah. Dan sebagai pamungkas, Al Hafiz, penyanyi asal Pekanbaru, tampil membawakan lagu-lagu yang langsung mengunci euforia penonton. Perfect closing!
Gaet 170 Ribu Pengunjung
Kemeriahan festival ini ternyata bukan cuma soal seni, tapi juga prestasi. Kepala Dinas Pariwisata Kepri, Hasan, dalam laporannya menyampaikan bahwa Kepri International Art & Culture 2025 tahun ini berhasil mencapai skala terbesar sejak pertama kali digelar.
“Selama lima hari penyelenggaraan, total ada 1.200 orang yang terlibat dalam berbagai pentas seni, dengan melibatkan 71 sanggar dari seluruh Kepri,” kata Hasan.
Jumlah pengunjung juga jauh melampaui ekspektasi. “Kunjungan masyarakat selama lima hari mencapai 170 ribu orang. Ini menunjukkan betapa besar minat publik terhadap festival budaya bertaraf internasional seperti ini,” ujarnya.
Nggak cuma jadi ruang ekspresi seni, festival ini juga jadi mesin penggerak ekonomi lokal. “Sebanyak 280 UMKM berpartisipasi, dan rata-rata pendapatan kotor mereka sekitar Rp3,5 juta per hari. Perputaran ekonomi mencapai sekitar Rp8 miliar,” jelas Hasan.
Di sela acara, Gubernur Ansar menyampaikan apresiasinya atas dukungan masyarakat.
“Kehadiran dan partisipasi masyarakat membuktikan bahwa Kepri adalah rumah besar bagi keberagaman budaya dunia,” kata Gubernur Ansar.
Beliau juga menegaskan komitmen pemerintah untuk membawa festival ini ke level yang lebih tinggi. “Kita ingin Kepri semakin dikenal dunia sebagai pusat budaya maritim dan persinggahan berbagai bangsa. Festival ini akan terus kita perbesar agar menjadi agenda unggulan internasional setiap tahun,” tegasnya.
Atmosfer, antusiasme, dan pencapaian angka yang fantastis ini jelas nunjukin satu hal: Kepri International Art & Culture 2025 bukan cuma festival—tapi identitas kebanggaan daerah yang makin mendunia.





