
KUTIPAN – Di tengah gegap gempita forum internasional “The Second Edition of Islands of Growth” di Suntec Singapore Convention & Exhibition Centre, Selasa (18/11/2025), Batam kembali naik podium. Kali ini lewat paparan Anggota/Deputi Bidang Investasi dan Pengusahaan BP Batam, Fary Francis, yang menjelaskan bagaimana kota kepulauan itu pelan-pelan berubah menjadi magnet investasi baru di kawasan.
Acara tersebut tak main-main tamunya. Ada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI, Airlangga Hartarto; Duta Besar RI untuk Singapura, Suryo Pratomo; Chairman Singapore Economic Development Board (EDB), Png Cheong Boon; hingga Gubernur Kepri, Ansar Ahmad. Kalau sudah sebanyak itu pejabat dan tokoh ekonomi ngumpul, bisa dipastikan yang dibahas bukan hal receh.
Dalam pemaparannya, Fary menyampaikan kabar yang bikin alis para investor terangkat: Batam berhasil mengantongi komitmen investasi sebesar USD 10,35 miliar dari 20 perusahaan global. Sektor-sektornya pun tidak sembarangan—mulai dari energi, manufaktur lanjutan, industri maritim, sampai logistik. Singkatnya, Batam sedang jadi rebutan.
Fenomena ini makin masuk akal kalau mengingat pergeseran rantai pasok global belakangan ini. Kawasan Batam–Bintan–Karimun (BBK) ikut terdorong menjadi pintu strategis bagi arus modal yang ingin masuk ke Indonesia. Posisi Batam yang hanya berjarak 20 kilometer dari Singapura juga memberi keuntungan kompetitif yang susah disaingi kawasan lain di Asia Tenggara.
“Investor kini menunjukkan keyakinan jangka panjang terhadap Batam. Mereka melihat arah pembangunan yang semakin jelas dan layanan yang lebih pasti,” ujar Fary.
Pernyataan ini terasa seperti penegasan bahwa Batam tak lagi sekadar titik di peta perdagangan, melainkan simpul yang sedang tumbuh cepat.
Tak hanya menjual lokasi, BP Batam juga membawa paradigma layanan baru bertajuk “Batam: Your Best Friend to Invest”. Di dalamnya ada Investment Dashboard, komunikasi satu pintu, timeline layanan yang lebih tegas, sampai Mobile Investment Clinics untuk membantu menyelesaikan masalah teknis di lapangan. Bahasa sederhananya: investor nggak dibiarkan jalan sendiri.
Langkah ini diperkuat dua regulasi nasional yang memberi napas segar. Pertama, PP No 25/2025, yang memberikan BP Batam kewenangan menerbitkan izin dasar—mulai dari izin lingkungan, PKKPRL, hingga PKKPH—langsung dari Batam tanpa harus kirim berkas “muter-muter”. Kedua, PP No 47/2025, yang memperluas kawasan FTZ dan membuka ruang industri serta logistik yang siap diisi pemain global.
“Dengan kepastian regulasi dan kapasitas kawasan yang lebih luas, Batam berada pada posisi yang semakin kompetitif di Asia Tenggara,” kata Fary.
Kutipan ini menggambarkan perubahan atmosfer bisnis yang semakin kondusif.
Tak berhenti di situ, arah industri hijau pun ikut diperkuat lewat proyek PLTS Terapung Tembesi serta rencana kawasan rendah karbon. Dua langkah yang menandakan bahwa Batam ingin maju bukan hanya cepat, tetapi juga bersih dan berkelanjutan.
“Batam terbuka, dipercaya, dan bergerak cepat. Invest in Batam, where proximity meets possibility,” tutupnya.





